http://asikb.blogspot.com/2012/08/cerita-asik-2-ayahku-gay-gay.html#ixzz3gTp8ZLLX
Baru saja aku pulang dari makan-makan bersama
teman-teman SMP merayakan ulang tahunku yang ke 25. Tiba-tiba teringat satu
kisah. Ini ceritaku dan terjadi sepuluh tahun yang lampau. Waktu itu aku masih
bocah yang ingin tahu segalanya.
Ibuku adalah pengurus Dharma Wanita yang sibuk
ditambah sebagai pejabat di beberapa yayasan. Ayahku adalah ayah tiri yang
menikahi Ibu saat aku berumur 5 tahun. Aku memanggilnya Pa'cek. Ayahku orang
yang ganteng dan berwibawa. Meskipun dengan Ibu tidak memiliki keturunan, namun
beliau tidak menceraikan Ibu. Sadar diri kalau dia yang mandul. Aku anak bungsu
dari 4 bersaudara. Kakakku wanita semua dan pada saat itu kakakku sudah tidak
tinggal di rumah. Dua orang sudah menikah sedang kakakku tepat di atas sedang
kuliah di Jawa.
Menjadi anak tunggal di rumah ada enak dan tidak.
Ayahku sangat sayang dan memanjakanku. Kalau dia mendapat rejeki dia selalu
membelikan apa saja yang kuminta. Aku mendapat TV dan VCD di kamarku sendiri.
Justru ibu kandungku yang sering protes. Memang efeknya aku jadi jarang belajar
dan agak bandel. Meskipun demikian ibuku tidak bisa berkutik karena tiap
semester aku selalu berada dalam 10 besar terbaik meskipun bukan yang nomer 1.
Aku sering mendapat pinjaman VCD bokep dari
teman-teman SMP kadang bahkan anak SMA kenalanku. Aku menonton di komputer di kamarku. Alasanku
lebih mudah diklik dan aman. Orangtuaku jarang di rumah.
Namun hari itu aku benar-benar ceroboh atau mungkin
sial. Hari itu aku tidak menonton bokep
di komputer tetapi di VCD. Aku ingin gambar yang lebih lebar, pikirku.
"Alfond!!" tiba-tiba ayahku sudah di dalam.
Mati aku! Kok bisa masuk? Padahal... ah aku lupa
mengunci pintu. Untung saja aku tidak sedang onani. Tapi tetap saja gambar
orang yang sedang bersanggama tidak bisa hilang sekali klik. Mana remote entah
kemana lagi... Aku panik. Aku tidak cepat menemukan remotku.
"Sudah, sudah. Kalau mau nonton ya nonton saja.
Kamu kan sudah besar..."
Aku masih menduga-duga kemana keinginan Ayah. Walau
Ayah sangat memanjakan dan tak pernah marah namun ini mungkin akan lain.
Ayah masuk dan menutup pintu lalu menguncinya. Dia
duduk di kasurku dan ikut menonton. Ayah diam akupun diam. Terkadang aku
melirik mata ayah yang seakan sedang menonton film biasa. Kucoba tenang seperti
Ayah. Namun aku tetap saja tidak tenang karena ada Ayah waktu itu. Setelah
beberapa lama kami dalam diam, aku merasa bosan dan makin gelisah saja.
"Fond, kamu tahu tidak, perkakas Pa'cek lebih
besar dari itu..." katanya dengan muka serius.
Aku memandang tidak percaya dengan perkataan yang baru
saja kudengar. Aktor porno yang di VCD sebesar perkakasku 17 cm 4 cm. Aku sudah
bangga karena di antara teman-temanku, perkakasku tampak paling besar. Aku
sering sombong bahwa ukuran perkakas menentukan kepandaian. Tentu saja itu
sangat tidak berdasar.
"Owh ya?" kataku asal saja tidak tertarik.
Aku sama sekali tidak melirik ke gundukan di
selakangan. Aku lebih tertarik milik wanita. Ayah membiarkanku mengira-ngira
dan tampaknya memang besar. Perkakas Ayah kandungku juga pasti besar buktinya
aku keturunannya. Ayah tiriku tidak ada pertalian keluarga dengan almarhum
ayah. Tetapi entah bagaimana Ibu begitu beruntung selalu mendapat pria dengan
kemaluan yang besar. Ah pemikiranku terlalu jauh sampai ke asal-usulku.
Waktu itu aku yakin aku normal. Aku lebih suka
menonton payudara dan vagina yang memerah. Aku suka lihat lekuk tubuh
perempuan. Sekarang pun begitu. Namun peristiwa berikut ini telah mengubahku.
Mengubah hidupku.
Wajah Ayah tiba-tiba mendekat lalu mencium pipiku.
Kurasakan pipinya yang kasar dan aroma foam bercukur yang begitu maskulin.
Bukan ciuman singkat tapi lebih ke .... ah aku tidak mengerti cara untuk
menggambarkannya. Dia memelukku dengan erat dengan lengan yang kekar dan bisep
yang menonjol. Aku meronta minta dilepas.
Meski sewaktu kecil Ayah tiriku sering memeluk dan
memangkuku namun aku tidak suka dipeluk sekarang. Aku sudah besar bukan anak
kecil lagi. Pelukannya juga lain. Nafasnya mendengus dan agak memaksa. Aku
meronta namun apa daya badan kekar Ayah menelikungku sehingga aku yang kurus
ini tak bergerak. Ayah semakin bernafsu dia menyedot dan mengulumi bibirku. Rasanya
manis terasa nikotin Ayahku di mulutku.
"Pa'cek jangan. Jangan yo..." pintaku sambil
terus meronta.
Entah bagaimana aku sudah telanjang bulat. Bahkan
dengan badan yang masih ditindih begitu.
Perkakasku yang sedari tadi menegang karena rangsangan video bokep
menjadi lemas. Namun Ayah tidak peduli
dan tetap menciumi tubuhku. Menjilati leherku. Bahkan menggigit putingku.
Aku terus meronta sampai berkeringat. Rasa takut mulai
menjalariku. Rambutku basah. Matakupun terasa mulai basah. Aku merasa sangat
benci dengan Ayah. Aku sangat jijik dengan ciuman-ciuman itu. Geli saja
rasanya.
"Jangan ya Pa'cek...." antara takut tetapi
mulai penasaran.
Ayah membuka resleting dan memelorotkan celana. Segera
tampaklah perkakas Ayah yang superbesar
itu. Suatu kali di lain waktu aku pernah mengukurnya, 20 cm panjang dan
hampir 4,5 cm tebal nya. Aku kalah besar. Di sekitar perkakasnya tampak rambut
yang lebat.
"Aaahhh..." Ayahku melenguh pelan dan
tersenyum tampak menikmati.
Kini badan Ayah yang kekar menindihku. Badan Ayah
berotot dan perutnya sixpack. Dia memang rajin ke gym dan renang. Di perutku
terasa perkakasnya yang keras mengganjal digesekkan dengan keras. Aku merasa
takut dengan yang Ayah akan lakukan.Tiba-tiba saja ayah mulai mengelusi badanku. Pungggungku, dadaku, lalu pantatku.
Aku tidak menyangka sama sekali kalau ayah
menginginkan menusuk aku. Duh!
Aku mengalihkan badanku menjauh dari jangkauan Ayah.
Terutama anusku yang dia inginkan. Aku membalik badanku dan menutupi perkakasku
dan mataku. Aku merasa malu melihat Ayahku telanjang bulat begitu di depanku.
Dia menciumi bibirku. Lidahnya mencoba menerobos deretan gigiku. Ludahnya
terasa membasahi bibirku. Aku merasa
sesuatu yang enak tapi sama sekali tak terpikir olehku untuk merespon.
Nafas Ayah mendengus-dengus keras tanda nafsunya sudah
terbakar. Dia menciumiku berkali-kali lalu berbalik menindihku. Dia memegang
kedua lenganku lalu menggosok-gosokkan perkakasnya ke perkakasku. Entah mengapa
perkakasku menegang lagi. Namun tak lama Ayah merobah posisinya jadi agak
berdiri. Lalu turun ke lubang perkakasku.
"Pa'ceeeekk.. jangan. Tolong..." kataku
meronta tapi tidak menjerit.
Terus terang tiba-tiba aku menjadi ketakutan. Aku
tidak mau jadi wanita yang disanggama. Aku kan bukan wanita. Tetapi di pihak
lain aku tak mampu melawan tubuh Ayah yang kekar. Tubuhku yang kerempeng begini
tak sanggup melawan cengkeraman Ayah. Di sisi lain aku juga bertambah penasaran
apakah nikmatnya perkakas sehingga wanita di vcd itu mengerang-erang keenakan.
Aku mulai merasakan ada suatu benda keras menusuk
anusku perlahan.
"Aa pa'cek jangan lakukan ...yaahhh..."
"Sudah kamu menurut saja Fond... " Ayah
meludah lalu membasahi ujung perkakasnya dan lubang anusku.
Ayah menusukkan perkakasnya ke tubuhku kembali. Aku
mengejan memaksa menutup lubangku. Namun
desakan perkakas Ayah tak dapat kulawan. Benda keras itu sangat memaksa
menembus masuk ke tubuhku. Tubuhku bergetar namun menjadi pasrah. Air mataku
mengalir entah mengapa. Bahagia atau sedih atau kecewa aku tak mengerti. Seakan
setengah nyawaku melayang dari tubuhku dan aku menjadi rileks. Bukan pingsan
hanya begitu pasrah. Kurasakan ada yang mengganjal di anusku.
[Sebagian
pembaca mungkin akan menanyakan mengapa aku tidak meronta dan melakukan
perlawanan dengan keras. Aku sudah mencobanya dengan melarang Ayah. Namun aku
yang tahu sifat Ayah dan ada sebagian peristiwa yang tak akan kuceritakan, yang
membuat aku tak melawan. Tambah lagi ada rasa penasaran yang membuatku tak
menyakiti Ayah. Aku tak menyesalinya. Pembaca akan tahu kalau mengikuti
ceritaku]
Sementara Ayah bergerak-gerak di atas tubuhku.
Kesadaranku benar-benar turun. Aku menjadi setengah sadar. Aku tak merasa
apapun di sana. Sebelum tak sadar aku merasa ada gempa bumi hebat di kamarku.
"Ohh asssshhhhh..." Ayah mengkspresikan
nikmatnya.
Ayah benar-benar dikuasai nafsu waktu itu. Aku menjadi
sangat jijik sekaligus terpenuhi rasa dipuaskan rinduku. Aku sangat kesal dan
sangat ternoda.
"Ooooaaahhhh.... " lenguh ayah dan rambut
kemaluannya tepat ada di kemaluanku yang lunglai.
Aku tau perkakas Ayah memasuki anusku tapi setelah
beberapa waktu aku baru sadar kalau sedalam itu ayah sudah memasukiku. Ayah
menciumiku lagi. Badannya yang kekar berkilat karena keringat.
Sementara di layar televisi sudah masuk adegan
berikutnya. Aku kapok dan tak tertarik lagi dengan tayangan bokep itu.
Ayah mencabut perkakasnya. Sesuatu yang kosong dan
pegal aku rasakan di sana. Di bawah sana tepat di anusku. Pegal dan perih. Aku
lihat ke sana ada darah mengalir di pahaku.
"Pa'ceeek sakit...."
Ayahku mengambil air hangat setelah mengenakan
celananya. lalu dia membersihkan luka di anusku dengan penuh kasih sayang. Dia
mengenakan kembali celana pendekku lalu menidurkan aku di kasurku. Persis
seperti yang dia lakukan waktu aku masih kecil.
"Maafkan Pa'cek, Fond. Pa'cek khilaf!"
ujarnya sambil mencium keningku. Tetes airmata yang panas jatuh di keningku.
Ayah berdiri mendekat ke televisi lalu mengambil
keping vcdku. Ayah keluar kamar lalu
menutup pintu kamarku.
Aku merasa lelah dan sakit baik secara fisik maupun
psikologis. Aku tertidur dan baru terbangun malam saat Ayah memberikan obat
untuk diminum dan satu obat ambien yang disumpalkan pada lubang anusku. Semua berlangsung tanpa
kata-kata. Walau masih benci tapi aku tahu kalau Ayahku tidak berniat
menyiksaku apalagi menyakitiku. Aku tahu ada sesal yang dalam di wajahnya.
Keesokan paginya aku tidak berangkat sekolah. Ayah
sempat berdebat dengan ibuku yang mengatakan kalau aku baik-baik saja. Sedang
Ayah bersikeras kalau aku sedikit demam. Akhirnya Ayah memenangkan perdebatan
dan aku diijinkan tidak sekolah hari ini. Ah, apa kata dunia kalau aku sekolah
dengan jalan seperti anak habis disunat? Akan banyak pertanyaan. Bisa sih aku
beralasan kena bisul di pantat atau di selakangan. Ah, tetapi tidur di rumah
seperti saran Ayah lebih enak dan nyaman.
Hari itu aku merasa jenuh alias bete bin
sebete-betenya. Ayah pergi karena ada urusan. Keping VCD disita. TV membosankan
acaranya. Tidur bosan. Di rumah sendiri, baru setelah makan siang nanti Ayah kembali. Sedang Ibu
mungkin sampai malam karena harus kunjungan keluar daerah.
Dengan langkah yang masih tertatih-tatih dan
terkangkang-kangkang aku mencoba mencari
makanan di meja makan atau kulkas. Jalan ke belakang dan depan. Lalu
terbersit ide mencari VCDku yang disita ayah kemarin. Aku tahu kunci kamar ayah
dan ibu.
Tak perlu lama aku mencari-cari. Aku menemukan laci
penyimpanan kondom. Aku mengambilnya satu. Aku ingin mencobanya. Aku mencari di
kolong lalu mencoba membuka lemari pakaian. Namun tidak kutemukan VCD itu.
Sekilas aku melihat ada bayangan pantulan plastik di atas lemari pakaian. Aku
mengambil bangku dan menaikinya.
Ini dia!
Bukan cuma satu yang aku temukan. Sepuluh keping vcd
termasuk milikku salah satu yang disita Ayah kemarin. Kuambil semua dan aku mau
coba semua sebelum Ayahku kembali nanti. Segera saja adegan sanggama berbagai
versi melintasi mataku masuk ke otakku. Koleksi ayah lengkap tidak hanya pria
dan wanita berbagai bangsa namun juga wanita dengan wanita. Bagian lesbi selalu
kulewati aku merasa jijik melihatnya. Sebaliknya bagian pria dengan pria selalu
aku nikmati lebih lama. Bahkan aku terkadang mengulangnya.
Tak terasa jam-jam membosankan menjadi jam-jam
menggairahkan. Lapar pun tak kurasa lagi yang ada aku menikmati rasa tegang di perkakasku
karena adegan-adegan di atas.
Aku sudah lulus SMP namun nilaiku tidak memuaskan.
Lagi-lagi ini juga jadi salah satu tema pertengkaran Ibu dan Ayahku. Untuk
masuk SMA favorit juga gagal meskipun ibu sudah melobi istri kepala sekolah.
Akhirnya aku hanya masuk SMEA. Sama sekali bukan yang aku inginkan. Aku hobi di
bidang teknologi tetapi masuk SMEA.
Tetapi ini lebih baik daripada tidak sekolah sama sekali. Agar aku mau masuk
SMEA Ayahku menggadaikan motornya untuk membelikanku komputer baru dan sebuah
laptop.
Kenakalanku bertambah-tambah. Sekarang memang aku
tidak lagi meminjam VCD bokep karena aku bisa mengunduhnya dari internet dengan
gratis. Beberapa kali aku ketahuan Ayah menonton dan Ayah sudah tidak bisa lagi
melarangku. Bahkan sering Ayah yang meminjamkan VCD bokep untuk kami tonton
bersama-sama.
"Yaaahhh...." kataku manja pada Ayah suatu
kali acara nonton bokep bersama.
Oh ya semua kulakukan saat ibu pergi. Dan tahulah
kalian kalau ibuku semakin sibuk. Apalagi beliau ikut partai politik yang
mengangkat dirinya sebagai sekjen untuk wilayah propinsi. Sepak terjang ibu
membuat dia semakin sering pergi bersama teman-temannya. Aku dan Ayah juga
menikmati kalau ibu pergi.
Sore itu di rumah hanya berdua karena tadi siang Ibu
berangkat ke Jakarta untuk konsolidasi pemenangan pemilu. Aku senang dan
berdebar-debar karena malam ini aku akan tidur dengan Ayah menggantikan posisi
Ibu jadi istri. Ayahku pun tampak sangat ganteng sore itu. Ayah bukan seorang
yang suka jajan kalau ibu pergi. Tapi entah kalau di luar mungkin dia punya
simpanan brondong.
Waktu adzan maghrib baru saja lewat. Rumah terasa sepi
tanpa Ibu.
"Fond, Pak cek ngantuk. Nanti kalau mau tidur
jangan lupa matikan lampu dan periksa pintu" ujar Ayahku sambil berlalu ke
kamar.
Aku menonton TV sebentar namun semua acara membuat aku
bete saja. Tiba-tiba terbersit pikiran
nakalku lebih baik memanfaatkan waktu untuk nonton bokep sambil bermain perkakas
Ayah saja daripada ga ada kerjaan.
Setelah selesai memeriksa semua pintu dan mematikan
lampu, aku masuk kamar orang tuaku yang sudah remang-remang lampunya. Ayah
tampaknya sudah nyenyak terbawa ke alam mimpi.Tak lupa kubawa VCD bokep yang
tadi siang dipinjamkan Ayahku. Aku suka VCD pilihan Ayah, bintangnya
bagus-bagus juga variasinya. Segera saja kunyalakan DVD di kamar dan kumasukkan
keping cakram tanpa kuperiksa lagi judulnya.
Terdengar musik yang keras.. ah lalu kukecilkan dengan
segera. Ayahku terbangun kaget.
"Aaahh ck..." terdengar Ayahku kesal.
"Nonton Pakcek... " aku menawarinya tetapi
tampaknya dia begitu mengantuk.
Segera saja suara ah, ouh, yess, dan erangan-erangan
kenikmatan lain menghiasi frame demi frame film. Bintang filmnya lelaki semua,
tumben. Biasa Ayah selalu meminjam yang campuran, maksimalnya film bisex.
Meskipun begitu perkakasku tetap tegang juga.
Lama kelamaan aku tidak tahan sendiri. Sedang di
sampingku ada Pakcek aku yang suka perkakas juga. Kurendahkan badanku dan
kutempelkan pipiku di dada Ayah. Sambil menonton tanganku meraba-raba perut
Ayah yang sixpack. Ada bulu-bulu sexy di bawah pusar yang menunjukkan jalan
untuk terus ke bawah. Tapi ada sarung di sana... Ah rupanya perkakas Ayahku
juga sedang tegang.
"Kenapa Fond... ingin ya..." kata Ayahku
tenang tanpa mengenyahkan tanganku yang meremas-remas perkakas besarnya.
"Kalau iya Pak cek?" kataku.
Perkakas Ayah tiriku yang ganteng semakin mengeras.
Terasa hangat dan berdenyut-denyut. Sangat berasa karena Ayah tidak mengenakan
celana dalam di bawah sarung.
Aku mendekatkan bibirku ke bibir Pakcek dan segera
kami berciuman. Sebuah ciuman dalam dan sungguh nikmat ciuman Pak cek ini. Aku
yakin ciuman dengan wanita tak akan mengalahkan dahsyatnya ciuman Pak cek.
Kutindih Ayahku sambil aku tetap menikmati bibirnya. Lidahku bermain liar di
dalam mulut Ayah. Lidah Ayah juga tak kalah garang mengeksplorasi semua sudut
mulutku. Nafas kami memburu. Saat kami berpandangan kulihat nafsu membara yang
mengatakan 'kamu kekasihku malam ini Fond'.
Tangan Ayah menggerayangi punggungku hingga pantatku.
'Ayah aku juga menginginkanmu malam ini' pikirku. Sangat hangat dan nyaman
bergulat bersama Ayahku. Cukup berciuman aku tidur di pelukan lengan Pak cek
yang kekar.
"Fond, kamu tahu tidak, aku sayang kau..."
ujarnya dengan sungguh-sungguh.
"Sayang apa neh Pak cek?" tanyaku menggoda
sambil sesekali mengelus dada, perut, dan juga perkakas Pak Cek.
"Kamu ini ya anak Pak cek dan juga kekasih Pak
cek. Pokoknya sayang lah" ujarnya
Lalu kami ciuman lagi, ciuman yang tak mungkin
dilakukan oleh Ayah dan anak yang normal bahkan Ayah tiri sekalipun.
Kupelorotkan sarung Ayah dan kubelai-belai perkakasnya yang sudah menegang.
Besar 20 cm diameter 4,5 cm. Ini bukan ukuran rekayasa karena ini cerita
sungguhan. Ayahku juga bukan bule . Perkakas Ayah bentuknya bagus kepalanya
besar. Ah pantas saja anusku berdarah-darah dahulu.
Kulepas ciuman bibirnya aku turun menciumi perkakas
Ayahku.
"Sssshhh ooowwhh isap Fond..." Ayahku
mengerang tak tahan.
Kumainkan lidahku di lubang kencingnya. Gerakan ini
membuat Ayahku menggelinjang. Lalu berputar-putar di kepala perkakasnya yang
sensitif. Lidahku yang kuat dan basah menjelajah jalan panjang batang perkakas
Ayah hingga pangkalnya. Perkakas Ayah berurat-urat sexy seperti badan
binaragawan saja. Ayah sering menggunakannya mungkin.
"Oooooowwhhhhh...."
Kupermainkan dua bola kembar sambil kupegangi tongkat
sakti Ayah. Jembut Ayah lebat kini basah dengan liurku. Kulit bolanya juga
berkilatan ditimpa cahaya layar televisi yang berganti-ganti menayangkan adegan
lucah.
"Fonndd ahhh kamu pandai sekali ooohhh"
Ayah mengerang keenakan saat lidahku mulai naik lagi
ke batang atasnya. Hmmm kugigit bekas sunatan Ayah dengan lembut. Kulingkarkan
lidahku di daerah sensitif penis yaitu di perbatasan batang dan kepala perkakas.
Ini membuat Ayahku menahan kepalaku.
"Aaahhhh isap Fond aaahhh Pakcek tak tahan
ooouuuhhhh...." Nafas Ayahku benar-benar tidak teratur. Tersengal-sengal
karena birahi.
Ayah benar-benar dikuasai nafsu birahi sekarang. Tak
peduli kalau aku anak tirinya. Kumainkan lagi lidahku di lubang kencingnya.
Lendir bening meluber asin rasanya di lidahku. Ayahku meracau karena nikmat
tiada ampun. Kuhisap saja. Aku berciuman dengan lubang kencing Ayah yang biasa
mengobok-obok vagina ibuku. Kucucup lubangnya. Ayahku bergelinjang.
"Setan! Isap Fond. Masukkan perkakasku ke mulutmu!"
Ayahku mengamuk karena tak tahan kupermainkan lagi. Kali ini dia benar-benar
marah.
Aku senang bisa membuat Ayah belingsatan seperti ini.
Aku tersenyum. Namun tak mau membuat dia menderita birahi, kumasukkan batang perkakas
yang besar itu melalui bibirku yang rapat tapi lembut.
"Oooouuuuhhhhhhhh..... shhhhh... Aaawwww.."
Batangnya yang keras terasa berdenyut-denyut di antara
bibirku. Hangat sekali. Kumasuk dan keluarkan dari mulutku. Enak sekali
rasanya. Clop clop clop suaranya... Meski kucoba memasukkan sedalam mungkin,
namun bibirku tidak mampu menyentuh pangkal. Terlalu panjang buat tenggorokanku.
"Aaahhh enak sekaali Fonnnd..." erangnya
menikmati servisku.
Kulakukan cukup lama sampai bibirku mulai terasa baal.
Kulepaskan perkakas Ayah yang merah berkilat basah lalu aku pindah untuk
menindih dan menikmati bibir Ayahku. Kuhisap dan kusesap bibir bawah Ayah.
"Pak cek, gantian isap punyaku.." pintaku.
Ayah menidurkanku lalu menciumiku dengan lembut dahi
dan pipiku. Lalu dada dan turun ke perutku. Geli rasanya tapi enak. Kutahan
kepala Ayahku saat menjilati pusarku. Aku terkikik kegelian. Lalu dia tiba di perkakasku
dan langsung menghisapnya.
"Ooooaaahhhh ..."
Enak sekali. Bibir basah Ayah hangat menyelimuti
batang perkakasku yang panjangnya 17cm. Kalian harus merasakan yang ini ... ini
baru namanya sex. Oooohhhhh sampai ubun-ubun rasanya air maniku mau nyemprot.
Apalagi saat Ayah mengisap sambil menarik mulutnya ke ujung kepala perkakasku.
"Aaaaahhhhhh ..." aku menjerit tak tertahankan.
Perkakasku benar-benar tegang. Kepala perkakasku
berdenyut-denyut menambah sensitifitas rasa karena gesekan. Rasanya tambah
besar saja perkakasku keluar masuk di antara bibir Ayah.
Benar-benar kenikmatan dunia yang tiada tara. Ayah
melakukannya berulang-ulang. Begini mungkin rasanya kalau bersetubuh dengan si
sexy jupe hahaha.... Ayah memujiku pintar tapi dia lebih pintar. Duniaku serasa
melayang. Nyawaku terasa ikut terhisap saja.
"Paaakcek akuuu aaaahhhhh.... " tak
tertahankan lagi tiba-tiba saja aku muncrat.
Crot crot crot...! Tak terkendali cairan lelaki muda
ini muntah dalam mulut Ayah berkali-kali. Banyak sekali. Sudah tiga hari tidak
kukeluarkan.
Pakcek tidak melepas perkakasku dari mulutnya. Padahal
dia tahu aku sudah memuntahkan maniku dalam mulutnya. Aku yakin itu banyak
sekali. Ayah tetap mengisap senjata saktiku. Seakan tak ingin ada mani yang tersisa dari batang perkakasku.
Bahkan dia membersihkan ujung perkakasku dengan lidahnya.
Walaupun sudah keluar tapi perkakasku tetap saja
perkasa. Darah di batang tidak mau beralih. Ayah menciumku. Rasa asin berpindah
ke mulutku. Dan menguarlah bau mani. Ya maniku sendiri.
Ayah mengambil kondom di laci samping tempat tidur.
Lalu membuka dan siap memakainya di perkakas besarnya. Aku tahu Ayah akan
menusuk anusku. Tapi aku sekarang inginkan sebaliknya. Kurebut karet kondom
dari tangan Ayah. Lalu kupakaikan di perkakasku sendiri.
"Terbalik itu, Fond" kata Ayahku yang
melihat aku kesulitan memakainya.
Kubalik dan kubuka gulungan kondom hingga terbuka
semua di pangkal perkakasku. Bentuknya jadi agak aneh tapi seksi. Bau kondom
tercium harum. Ini memang pertama kali aku memakai kondom. Entah apa maksudnya
aku juga tidak tahu. Aku hanya ingin memakainya sebelum menusukkan perkakasku
ke lubang pembuangan.
"Pak cek tiduran saja.." kataku mendorong
dadanya.
Ayah mengangkat pahanya.
"Tetapi hati-hati dan pelan io..." pesan
Ayah.
Kini aku ingin memperkosa pantat Ayah. Membalas apa
yang dia lakukan beberapa bulan yang lalu. Kuarahkan batang perkakasku yang
tetap tegang ke arah lubang kecil yang merah dan berkerut itu. Tampak kecil
sekali dibandingkan batang perkakasku yang menginginkan pelampiasan. Ibarat
tongkat satpam yang akan ditusukkan lubang di gasper saja. Tampak tidak mungkin
Saat kutempelkan kepala perkakasku disana, lubang itu
belum juga terbuka. Ayah menggenggam perkakasku dan mengarahkan tepat di pusat
kerutan lalu memaksa menusukkan ke sana. Aku menuruti dan mendorongkan pantatku
ke sana.
"Aaaaakkkkkkkhhhhh.... fond pelan...
sakiiitt" Ayahku yang perkasa itu meringis menahan sakit.
Baru tahu dia rasanya. Aku paksa saja perkakasku masuk
sambil menikmati wajah Ayah yang
meringis menahan perkakasku. Sementara itu perkakas Ayah mengkerut dan
lemas dengan segera. Mungkin saja ini efek dari menahan sakit tadi. Aku yakin
itu.
Keringat menetes dari dahi Ayah. Badannya memerah dan
berkilat. Nafasnya mendengus menahan sakit yang memusat di lubang anusnya.
Kutarik perkakasku lalu kumasukkan lagi. Kutarik lagi lalu kumasukkan lagi.
"Oooowwwhhh aaahhhhh ahhhh" jerit Ayahku
Kalian ingin tahu rasanya? Dua kali lebih nikmat dari
dihisap Ayah tadi. Lubang anus Ayah begitu licin dan sempit. Memang hari ini
aku beruntung menikmati dua kenikmatan sex yang tiada tara anus dan oral. Hmm
mungkin kalau perkakas besarku masuk vagina jupe akan 3 kali lebih nikmat dari ini, aku cuma bisa
membayangkan.
"Ganti posisi fond..." pakcek memerintahku
lalu dia membungkuk.
Ah inilah posisi yang dinamakan doggy style. Lututnya
menekuk badan depannya membungkuk ditahan siku lengannya. Kutekuk lututku lalau
kuarahkan perkakasku di lubang merah yang kembali mengkerut kecil. Ajaib!
sekarang lebih mudah. Sekali bless perkakasku mendapat kenikmatan lubang anus
Ayah.
Segera saja aku melakukan gerakan maju mundur. Otot
pinggangku yang semakin liat dan menampakkan otot-otot pria dewasa. Meski belum
sejelas Ayah tapi sixpacku juga sudah memperlihatkan semua modal seorang pria.
Saat perkakas maju ada nikmat. Saat perkakas mundur juga nikmat. Jadi yang ada
hanya nikmat dari nikmat. Semakin cepat aku masuk dan keluar, semakin nikmat.
Satu yang tak kuperhatikan adalah perkakas Ayah
menegang dan berayun-ayun memukul-mukul perutnya sendiri. Ayah benar-benar
tegang disodomi begini. Bahkan tanpa tangan Ayah menyentuh perkakasnya.
"Ahhh ahhh ahh..." Ayah rupanya sudah
mendapat kenikmatan disodomi begini.
Setengah jam berlalu.
"Foonnnd Ayah hampir niiihhhh...." erang
Ayah
"Terus Fonnnndd lebih cepat lagiiiihhhh...."
Kupercepat gerakanku. Tubuh kami berdua sudah basah
oleh keringat. Dari rambut kepalaku pun menetes keringat. Seperti sehabis main
bola saja. Kami memang main bola, namanya bola sodok. Bola kami menyodok
tongkat yaitu perkakas kami.
Aku hampir saja orgasme saat Ayah melepaskan diri dari
perkakasku. Ayah lalu tiduran dan mulai mengocok perkakasnya. Crot crot
crot...! Sungguh jauh muncratnya. Bahkan menempel di dinding belakang kasur.
Muka Ayah juga terkena maninya, namun paling banyak ada di dada dan perutnya.
Kubuka kondomku, kukocok perkakasku di atas dada
Ayahku. Tak lama maniku dan mani Ayah bercampur jadi satu di dada dan perut
Ayah.
"Ooooohhhhhhhh..." erangku menikmati orgasme
kedua.
Ayah mengambil sarungnya dan membersihkan mani kami.
Lalu Ayah menciumiku pipi dan dahiku.
"Ayah suka ini. Ayah sayang kamu Fond..."
Lalu Ayahku pergi ke kamar mandi. Tanpa terasa aku
terlelap tidur. Aku sadar ketika Ayah membangunkanku. Ayah masih telanjang
tanpa risih di hadapanku.
"Fond, lagi yuk... minum ini dulu... Ayah buatkan
jamu biar kamu kuat" ujar Ayah menyodorkan cangkir putih.
Aku dicium Ayah lagi sebelum sempat meminumnya. Ah
Ayahku kekasihku memang. Jam sudah menunjukkan jam 00.30 pagi. Tak mau
sia-siakan waktu rupanya.
Epilog:
Aku sekarang sudah bekerja. Masih tinggal dengan Ayah
dan ibuku. Aku terkadang masih melakukan dengan Ayahku terutama kalau ibuku
tidak ada. Dan sampai sekarang Ibuku masih tidak tahu. Hubungan kami masih
seperti biasa saja. Terkadang Ayah menegerku namun dia tidak jarang juga
memanjakanku sebagai anak lelaki satu-satunya dalam keluarga. Aku kini bekerja
sebagai Staf Sekuriti di sebuah Bank swasta. Oh ya aku juga pernah melakukan
dengan rekan kerjaku. Kapan-kapan akan aku ceritakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar