Meskipun kulit tubuhku campuran kuning-Cina dan
cokelat-Melayu tapi mindset-ku adalah bule, sebab aku dibesarkan di lingkungan
budaya keluarga Eropa.
Nenek moyangku adalah orang Spanyol yang datang ke
Asia untuk menyebarkan agama Katholik Roma. Tentu saja yang menyebarkan agama
adalah para Imam [Pastor dan Rohaniwan].Nenek moyangku adalah para pengawal
Bapa-Bapa Gereja itu.Mereka adalah para prajurit dan pelaut Spanyol, anak buah
Ratu Isabella.
Pasca Perang Dunia II,ketika penjajah kulit putih
angkat kaki dari Asia,keluargaku memilih bermukim di Singapura[yang saat itu
masih merupakan koloni Inggris yang disebut "Singapore and Malaya"].
Dengan latar belakang lahir,besar dan sekolah di
Singapura maka yang tinggal dalam diriku adalah egoisme,ego-centrisme dan
kosmpolitanisme budaya Cina.Itulah sebabnya aku pindah ke Amerika. Tidak ada
ikatan batinku dengan Singapura,karena memang di Singapura tidak ada
nasionalisme. Tidak pula aku punya ikatan dengan budaya Cina dan Melayu, karena
pendidikan di Singapura bergaya Inggris dan Internasional.
Dengan latar belakang seperti itu tentulah dapat
dimengerti mengapa aku sama sekali tidak punya simpati, empati, atau pun ikatan
batin dengan negeri tempatku bekerja : Timor Leste.Tetapi hal seperti ini lazim
dirasakan oleh semua orang yang bekerja di badan-badan PBB [UN - United
Nations] di Timor Leste.
Hubungan dan komunikasi dengan rakyat-jelata di Timor
Leste terputus oleh hambatan orang Indo-Portugis dan orang Timor pelarian dari
Angola, Mozambik,Macau,Portugal-Metropole,yang pulang ke Timor Leste untuk
kemudian menjadi orang-orang berkuasa di Timor Leste dan mengisi kuota atau
jatah orang Timor Leste yang bekerja di lembaga donor, badan PBB[UN Bodies and
Entities]],lembaga swadaya masyarakat[NGO], organisasi internasional lainnya di
Timor Leste. Motto atau semboyan kami yang bekerja di organisasi/lembaga sialan
itu adalah "We work for ourselves and the money shall come back to our
pocket".Artinya "Kita kerja buat kita sendiri, duitnya juga harus
balik ke kantong kita sendiri".
Itulah sebabnya semua kegiatan badan donor,badan PBB
dan organisasi internasional, di Timor Leste selalu berupa rapat, pertemuan,
dan "pelatihan" yang dilakukan selama berjam-jam karena semua
pembicaraan harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris[untuk orang
asing],bahasa Portugis [untuk orang Indo-Portugis dan kaum pelarian], bahasa
Indonesia [untuk orang Timor yang terpelajar],dan bahasa Tetun atau Tetum
[hanya sebagai basa-basi, karena tak ada yang menggunakan bahasa tersebut di
kantor-kantor].
"Pelatihan" tidak pernah ada manfaatnya,
karena peserta pelatihan itu adalah orang-orang Timor yang sama dan mereka
tidak tertarik untuk bekerja apalagi belajar di "pelatihan".Mereka
lebih suka menerima uang saja - tanpa harus bekerja. Orang yang dilatih itu-itu
saja karena jumlah pegawai pemerintah Timor Leste sangat sedikit.
Kualitas pendidikan di Timor Leste juga sangat buruk
karena pada masa Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia, murid-murid
sekolah [bersama orang-tua mereka]sudah biasa mengancam, memukuli, dan menteror
guru-guru agar mereka dapat angka yang baik meskipun mereka bodoh.
Kegiatan-kegiatan tidak berguna dan sia-sia itu
memakan biaya besar untuk transport dan akomodasi dan uangnya pasti kembali ke
para pejabat, staf, dan pegawai organisasi internasional itu sendiri, yang 99%
terdiri dari orang asing.Karena kegiatan tersebut memang tidak ada manfaatnya
untuk rakyat jelata Timor Leste dan mereka tetap bodoh, miskin dan
terkebelakang.
AMANTE COWOK PILIPINO
Anak buahku di Kantor Perwakilan [Representative] di
Dili, Timor Leste,ada beberapa orang, terdiri dari berbagai bangsa. Salah
seorang di antaranya adalah seorang cowok asal Filipina [Filipino atau
Pilipino] yang bernama : Amante. Tentu saja aku tidak akan menyebutkan nama
keluarga[family name atau surname]Amante - dalam cerita cabul ini.Itu tidak
etis!
Waktu cerita cabul ini ditulis, Amante baru saja
bergabung. Meskipun organisasi tempatku bekerja adalah badan PBB [UN Body and
Entity],tetapi KKN [Korupsi,Kolusi,Nepotisme] tetap saja merajalela. Sama
seperti yang dilakukan oleh Ahmadou Mohtar Mbow waktu menjabat Direktur Jenderal
UNESCO dulu dan seperti yang dilakukan Paul Wolfowitz ketika dia jadi Presiden
Bank Dunia.
Ayah atau paman Amante juga bekerja di organisasi
itu.Oleh karena itu waktu ada lowongan,yang masuk dan diterima adalah kenalan
dan keluarga orang dalam juga, termasuk Amante.
Amante masih muda. Umurnya 24 tahun. Entah dia tamatan
sekolah apa. Di jajaran organisasi PBB memang pendidikan tidak penting. Asal
bisa salah satu bahasa PBB[Inggris, Perancis, Spanyol, Arab, Rusia atau Cina],
bisa baca-tulis,punya kenalan orang dalam, dan asalkan ada lowongan,pasti bisa
diterima.
Walaupun sudah berumur 24 tahun, bertubuh ketat dan
atletis,tapi Amante imut-imut dan ignorant. Seperti umumnya orang Filipina,
Amante juga blak-blakkan,spontan,dan terbuka.Dia juga suka sekali mencari
pengalaman baru dalam hidupnya.Termasuk mengexplorasi berbagai tehnik dan
aktifitas sex!
Amante minta aku mengajari dan melatihnya karate, dan
aku tidak keberatan.Kebetulan selama di San Francisco aku juga pelatih karate
dan bela diri [martial arts] bagi sekumpulan cowok gay. Mereka ikut latihan
gratis.Sebagai kompensasi atau balas -jasa, mereka menawari aku untuk menikmati
tubuh dan pejuhnya.Kalau cowoknya ganteng, atletis dan bersih dari AIDS dan
Narkoba,kontolnya sunat dan badannya tidak ber-tatoo,biasanya tawaran itu aku
terima.Tentu saja di San Francisco,jarang sekali ada cowok gay yang bersih!Apa
lagi yang tubuhnya tidak ber-tatoo.
MELATIH AMANTE JURUS-JURUS KARATE
Agar aku bisa dengan leluasa memandangi tubuh Amante
yang atletis,maka aku selalu mengajaknya latihan bertelanjang dada - dengan
mengenakan celana karate.
Bahkan untuk melatih jurus-jurus tertentu
kadang-kadang aku juga mengajaknya latihan berdua hanya mengenakan kancut saja.
Sebagsi murid yang baik Amante tak pernah membantah dan selalu mengikuti apa
yang saja yang aku suruh.Karena aku dianggap sebagai "sensei" atau
gurunya.
Tubuh Amane memang berotot indah dan memukau.Dia sudah
melakukan latihan-fisik dan latihan beban intens sejak umur tujuh-belas tahun.
Tidak heran jika pada umur 24 tahun tubuhnya sudah "jadi".
Dadanya indah menonjol ke depan. Di tengah bukit
dadanya agak ke bawah, tertancap dua puting susu yang ketat, tegang dan
melenting. Perutnya rata, tetapi dihiasi tonjolan otot yang membentuk
six-packs. Lengan dan tungkainya kekar dan atletis. Bisepsnya teramat indah.
Amante juga berdarah Eurasia [Filipino-Spanyol],karena itu kulit tubuh -nya
putih-bersih.Seperti umumnya cowok Filipino, Amante juga bangga dengan
bulu-ketek,jembut, dan ukuran kontolnya yang besar.Ukuran kontol Amante tak
kalah dengan ukuran kontol seorang pengusaha berinisial RG yang dulu punya
banyak Toko [Pasar] Swalayan di Jakarta.
Bulu ketek Amante lebat dan berwarna hitam.Tampak
kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Bulu ketek Amante enak dan nikmat
dilihat,jantan,dan serasi dengan wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang
ketat-berotot! Hamparan jembutnya juga luas dan berwarna hitam,
"matching" dengan kontolnya yang besar dan ukuran biji pelernya yang
serasi [proporsional] dengan ukuran kontolnya itu!
Aku suka melihat Amante mengenakan penutup minim
[maximum exposure],nyaris telanjang-bulat! Setiap kali selesai latihan karate
aku mengajaknya mandi berdua: telanjang bulat! Selesai mandi kami tidak
langsung berpakaian melainkan ngobrol berdua ber-telanjang bulat.
Suatu kali selesai mandi waktu kami berdua masih
telanjang bulat, sambil mengeringkan badan, kami mendiskusikan tentang
sunat.Amante menunjukkan kontolnya yang besar, disunat ketat, amat indah,
jantan, dan merangsang!Amante menceritakan bahwa sesuai tradisi keluarganya,
dia disunat dengan tehnik tradisonil["pagtutuli"] di kampungnya oleh
tukang sunat kampung. Tentu saja tanpa anesthesi dan tanpa antiseptik. Kata
Amante sakitnya bukan main,tapi untungnya dia tidak pingsan dan tidak kena infeksi.Waktu
itu Amante baru berumur tujuh atau delapan tahun dan dia bukan disunat secara
sukarela,tetapi dipaksa dan diseret ke tukang sunat kampung oleh beberapa
lelaki dari anggota keluarganya!
Tanpa ragu dan malu-malu,Amante juga pernah ber-
cerita padaku pada umur berapa jembutnya dan bulu-keteknya mulai tumbuh. Juga
kapan dia mulai keluar pejuh.Pendeknya Amante kuanggap amat PD = Percaya Diri,
tidak pernah malu-malu.Maklum lah dia cowok Pilipino.
MEMPERAWANI TUBUH AMANTE
Agar Amante tidak kesepian,maka setiap aku pergi ke
luar negeri untuk mengisi week end [apakah ke
Denpasar,Surabaya,Yogya,Jakarta,Singapura, Kuala Lumpur atau Bangkok],aku
sering mengajak Amante. Tentu saja Amante membayar sendiri tiket pesawat-nya,
sedangkan untuk akomodasi,Amante bisa tidur sekamar denganku.
Aku mengajari Amante agar dia membiasakan untuk tidur
bertelanjang bulat!Untuk memelihara kelaki-lakiannya dan "potensi produksi
pejuh" di dalam biji-pelernya.
Suatu kali,waktu akan tidur malam,dan kami berdua
sudah telanjang bulat, Amante aku peluk dan aku ciumi bibir dan lehernya.
Kemudian ludahnya aku sedot sambil tanganku tak putus-putusnya meraba- raba
kedua puting susunya,ketiak,dan kontolnya.
Rupanya Amante amat menikmati kegiatan cabul itu.
Sehingga aku lanjutkan dengan kegiatanku mengisap kontolnya yang besar dan
sudah disunat ketat itu.
Mula-mula ujung kontolnya aku jilat-jilat.Amante
merasa amat keenakan.Kemudian aku mulai mengulum dan mengocok
kontolnya.Sekali-sekali puting susu nya aku rangsang, tubuhnya aku raba-raba.
Tampak bahwa Amante merasa amat keenakan dan kenikmatan!Dia biarkan saja
tubuhnya aku rangsang dan aku nikmati.
Ketika kontolnya aku jilat-isap,aku juga menyodok
lobang pantatnya [silit] dengan jari telunjukku. Sehingga Amante
terlonjak-lonjak!Sakit bercampur nikmat!Akhirnya Amante tidak tahan lagi,
karena dirangsang seperti itu! Kontolnya tampak makin mengencang,
mengencang,dan makin tegang! Kepala kontolnya [glans penis]
memerah-ungu-berkilat. Lobang kencingnya menganga seperti mulut ikan Maskoki
dan Amante tampak mulai gelisah! Tubuh-nya mengejang dan tiba-tiba saja:
CROOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOOOOT!
Pejuh cowok Pilipino itu muncrat keluar
meloncat-loncat, keluar dari lobang kencingnya ke udara. Jaraknya cukup jauh
dan volume pejuhnya banyak. Hal ini menunjukkan bahwa secara "fisik,
kontol, dan biji-peler",Amante memang seorang laki-laki sejati [real man].
Pada kesempatan week end berikutnya,di Denpasar, aku juga memberikan
"contoh" bagaimana rasanya jika boolnya aku sodomi.Aku
menyodok-nyodok silit Amante dengan kontolku sambil tanganku sibuk dan tidak
putus-putusnya mengocok kontolnya dengan tanganku sampai akhirnya pejuh Amante
toh muncrat juga : CROOOOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOT!
Amante masih saja tidak keberatan. Itulah pertama
kalinya Amante merasakan disodomi, setelah week end sebelumnya kontolnya aku
isap-isap sampai pejuhnya muncrat-keluar!
EPILOG
Sebetulnya, pada week end berikutnya aku ingin
menghajar tubuh Amante dengan cemeti. Agar dia juga bisa merasakan bagaimana
jika tubuhnya aku jadikan sasaran pelampiasan nafsu sadis. Tetapi tiba-tiba
Amante harus pulang ke Manila, karena ibunya kena serangan jantung.
Ternyata kemudian ibu Amante meninggal dunia dan
Amante tidak kembali ke Dili. Dalam salah satu e-mailnya kepadaku,Amante
mengatakan bahwa dia akan melanjutkan sekolah ke Amerika Serikat.Amante mau
mengambil Master Degree kemudian Doctorate Degree di bidang hukum. Sejak itu
pula aku tidak pernah kontak lagi dengan Amante.Karena e-mailku pun tak pernah
dibalas.Apakah di Amerika Amante kemudian mempraktekkan "ilmu" cabul
yang aku ajarkan pada-nya? Wallahu'alam bissawab!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar