http://1stbigfamz-lco.blogspot.com/2011/11/aku-di-perkosa-homo.html
Sebenarnya aku tidak istimewa,
wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa
saja. Namun aku berkacamata dan tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tetapi
entah kenapa aku banyak disukai pria. Bahkan ada yang terang-terangan
mengajakku berkencan. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA.
Padahal hampir semua teman-temanku yang laki-laki mengejek dan berkata bahwa
aku Gay.
Waktu itu hari Minggu pagi.
Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling
malas berolah raga. Tetapi entah kenapa, hari itu aku memakai baju olah raga,
bahkan memakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali
berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang
memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan
menghirup udara yang masih bersih.
Tidak terasa sudah cukup jauh juga
meninggalkan rumah, dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat
di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan
segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.
Belum lama aku duduk beristirahat,
datang seorang pria yang langsung duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku
melirik, cukup tampan wajahnya dan bertubuh atletis.
“Jalan-jalan yuk..!” ajaknya
tiba-tiba sambil bangkit berdiri.
“Kemana..?” tanyaku sambil
mengikutinya berdiri.
“Kemana saja, dari pada bengong di
sini..” sahutnya.
Tanpa menunggu jawaban lagi, dia
langsung mengayunkan kakinya, dan pria itu menggandeng tanganku. Bahkan
sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu, dan aku juga
belum mengetahui namanya.
“Eh, nama kamu siapa..?” tanyanya,
memulai pembicaraan lebih dulu.
“Sendy Wiratama..” sahutku.
“Akh.., kayak nama perempuan..”
celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
“Kalau aku sih biasa dipanggil
uwak..” katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak
memintanya.
“Nama kamu bagus..,” aku memuji hanya
sekedar berbasa-basi saja.
“Eh, boleh nggak aku panggil kamu Dik
Sendy..? Soalnya kamu pasti lebih muda dari aku..” katanya mengusulkan.
Kami langsung menikmati bubur ayam
yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang sedang lapar. Sambil
makan Uwak banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi
senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Uwak memang pandai membuat suasana
jadi akrab.Selesai makan bubur ayam, aku dan pria itu kembali berjalan-jalan.
Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di
bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama
sekali, justru Uwak yang mengajak pulang lebih dulu.
“Mobilku di parkir disana..” katanya
sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
“Kamu bawa mobil..?” tanyaku heran.
“Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh.
Malas kalau naik kendaraan umum..” katanya beralasan,”Kamu sendiri..?”
sambungnya.
Aku tidak menjawab dan hanya
mengangkat bahu saja.
“Ikut aku yuk..!” ajaknya langsung.
Belum juga aku menjawab, Uwak sudah
menarik tanganku dan menggandengku menuju ke mobilnya.
Sebuah mobil Starlet warna hitam
ter-paintbrush dengan indah dan tampaknya masih cukup baru. Uwak malah
memintaku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak
canggung lagi membawa mobil. Uwak langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan
tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan pria itu sampai ke rumahnya
yang berada di lingkungan Perak, sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Uwak
menahan dan memaksaku untuk singgah.
“Ayo..” katanya sambil menarik
tanganku.
Uwak memaksa dan membawaku masuk ke
dalam rumahnya, bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran
juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa teman yang baru dikenalnya ke
dalam kamar.
“Tunggu sebentar ya..!” kata Uwak
setelah membawaku ke dalam sebuah kamar, dan aku yakin kalau ini pasti kamar
Uwak.
Sementara pria itu meninggalkanku
seorang diri, entah ke mana perginya. Tetapi tidak lama dia sudah datang lagi.
Dia tidak sendiri, tetapi bersama empat orang temannya yang sebaya dengannya.
Dan pria itu memiliki wajah yang lumayan tampan dan bertubuh kekar. Aku jadi
tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah
seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang.
Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku
benar-benar terkejut, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Karena kejadiannya
begitu cepat dan tiba-tiba sekali, sehingga aku tidak sempat lagi menyadari.
“Aku dulu.., aku kan yang menemukan
dan membawanya ke sini..” kata Uwak tiba-tiba sambil melepaskan bajunya.
Kedua bola mataku jadi terbeliak
lebar. Uwak bukan hanya menanggalkan bajunya, tetapi dia melucuti seluruh
penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar-debar, dan
kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Uwak mulai melepaskan pakaian yang
dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali. Baru kali ini aku melihat
dada yang begitu besar dan padat. Uwak mendekatiku, tetapi keempat pria lainnya
juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.
“Eh, apa-apaan ini? Apa mau
kalian..?” aku membentak kaget.
Tetapi tidak ada yang menjawab. Uwak
sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan
memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tetapi dengan kedua tangan
terikat dan kakiku juga telentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan
diri. Sementara itu bukan hanya Uwak saja yang menciumi wajah dan sekujur
tubuhku, tetapi keempat pria mengonani penisku. Sekujur tubuhku jadi
menggeletar hebat seperti tersengat aliran listrik ketika merasakan jari-jari
tangan Uwak menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku.
Seketika itu juga batang penisku
tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu
melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku dikocok-kocok dengan
bergairah oleh Uwak. Aku hanya dapat merasakan seluruh batangan penisku
berdenyut-denyut nikmat. Aku benar-benar kewalahan dikeroyok lima orang pria
yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu
juga. Tetapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan
berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tetapi
aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan
dan mimpi-mimpiku. Aku benar-benar tidak berdaya ketika anusku serta mulutku
dimasukkan oleh benda tumpul. Saat itu juga aku langsung menyadari kalau mereka
Homo.
Sementara itu Uwak menyodomiku dengan
gairah yang sangat menggebu-gebu. Anusku terasa tercabik-cabik oleh benda yang
sangat besar dan tumpul. Dan salah satu dari teman Uwak memasukkan penisnya ke
dalam mulutku, sehingga aku tersedak oleh benda itu. Beberapa detik kemudian
aku merasakan sperma Uwak menyemprot ke dalam lubang pantatku, sehingga tubuhku
merasa ngilu dan mengejang. Lalu mereka bergantian menyodomiku dan memulai
kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya. Dengan
cepatnya teman Uwak menggenjot kembali lubang anusku. Aku merasakan bagaikan tertusuk-tusuk.
Tidak lebih dari dua jam Uwak menyodomiku lagi, dan tiba-tiba dia
menjerit dengan tertahan dan teman Uwak tiba-tiba menghentikan genjotannya,
matanya terpejam menahan sesuatu, aku dapat merasakan semprotan spermanya.
Setelah itu teman Uwak yang lain menggenjot kembali lubang pantatku. Setelah
mereka berlima baru saja mendapatkan orgasme, mereka menggelimpang di sebelah
tubuhku, setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya. Sementara itu aku hanya
dapat merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkin aku dapat
melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..? Aku hanya
dapat berharap mereka cepat-cepat melepaskanku, sehingga aku dapat segera
pulang dan melupakan semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar