Aku bekerja di perusahaan asing sudah hampir tiga
tahun. Aku beruntung karena begitu tamat S 1 aku langsung dapat kerja.
Sementara ribuan orang masih menganggur. Umurku sekarang 22 tahun dan aku
adalah seorang homoseks murni 100% yang tidak tertarik sedikit pun pada cewek.
Ayahku seorang tentara yang sekarang sudah purna bakti. Lingkungan kerja ayahku
cukup berpengaruh kepadaku. Itulah sebabnya aku sebetulnya ingin jadi tentara.
Tapi oleh suatu sebab yang tidak terlalu jelas orang-tuaku melarang. Mungkin
orang-tuaku sudah “mencium” bahwa motivasi-ku menjadi tentara hanya untuk
memuaskan hasrat homoseksual-ku.
Aku senang dikelilingi cowok kekar, jantan, macho,
apalagi kalau ganteng.Dengan menjadi tentara maka aku merasa hidup di surga,
dikelilingi bidadara yang cakep-cakep dan kekar.
Apalagi waktu pendidikan harus tinggal di asrama
militer, kamar mandinya bareng (common bathroom). Sehingga aku bisa telanjang
bulat bersama cowok-cowok yang ganteng-kekar dan menikmati pemandangan kontol
dan jembut mereka. Bahkan kalau beruntung bisa memergoki salah seorang dari
mereka sedang ngeloco di bangsal mandi itu! Asyik sekali!
Sewaktu ayahku masih aktif di tentara, aku banyak
bergaul dengan anak buah beliau, baik yang berpangkat tinggi maupun yang
rendah. Favoritku adalah ajudan-ajudan beliau yang setiap 2 atau 3 tahun
berganti. Mereka adalah perwira muda pilihan yang ganteng, atletis dan cerdas.
Di rumah kami disediakan kamar untuk ajudan. Karena para ajudan biasanya masih
lajang maka mereka tinggal di rumah kami. Walaupun aku tidak pandai bergaul,
tetapi aku selalu berusaha dekat dengan ajudan ayah. Maksudnya hanya satu,
yaitu untuk bisa menikmati kegantengan dan kelaki-lakian mereka sepuasku.
Dengan bergaul erat dengan mereka, di rumah aku bisa
masuk ke kamar mereka. Pura-pura mau ngobrol, padahal aku senang melihat mereka
bertelanjang dada di kamar.Di kamar biasanya mereka bertelanjang dada saja.Jika
beruntung aku malah bisa melihat mereka hanya mengenakan kancut minim saja,
nyaris telanjang bulat. Pengawal ayah juga banyak yang ganteng dan bertubuh
kekar. Aku juga senang menikmati mereka, tetapi karena kesibukan mereka, aku
tidak bisa banyak menganggu.
Walaupun ajudan ayah adalah perwira yang berdisiplin
dan correct tapi karena mereka masih muda dan belum banyak pengalaman dalam
hidup, sempat juga aku berhasil menikmati dua orang di antaranya (Bang Jeffry
dan Bang Rizki). Bukan salah mereka, akulah yang mulai. Bahkan ketika sadar,
Bang Jeffry marah sekali dan hampir saja membunuhku. Tapi aku segera minta maaf
dan Bang Jeffry sendiri lalu sadar bahwa dia sendiri juga salah. Kenapa bisa
terpikat berhubungan dengan sesama lelaki? Itulah sebabnya sampai sekarang aku
sering mengincar cowok berseragam militer, tanpa memilih pangkat. Perwira,
bintara atau tamtama juga boleh,bahkan satpam! Karena, yang aku ingin nikmati
bukan pangkatnya, melainkan tubuhnya yang kekar, ketat berotot dan tentunya
juga kontol, jembut, pejuh, puting susu, ketiak, mulut dan lobang pantat
mereka!
Di kantorku juga banyak pria gay, tapi semuanya orang
bule. Aku tidak berselera dengan pria bule, walaupun di antara mereka banyak
yang ganteng dan bertubuh sangat atletis dengan kontol yang ukurannya aduhai.
Pria bule jarang mandi dan jarang ganti baju. Mereka hanya mandi kalau gerah
dan jarang gosok gigi. Karena itu mereka biasanya bau ketek dan bau jigong!
Padahal aku paling tidak suka cowok bau!Sesudah berak atau kencing, mereka
tidak cebok. Lobang pantat dan lobang kencing mereka hanya dikeringkan dan
dibersihkan dengan kertas toilet. Padahal setiap hubungan sejenis pasti akan
saling isap kontol (blowjob) dan saling jilat pantat (rimming). Bisa
dibayangkan apa yang diisap dan dijilat jika partner seks tidak pernah cebok.
Pasti akan menjilat kencing dan tai!. Jijik sekali, bukan?!
Nah, waktu cerita ini terjadi aku sudah lama tidak
“main” dengan tentara.Kangen juga pada pelukan laki-laki kekar. Kebetulan aku
dapat tugas ke luar Jawa untuk urusan bisnis. Aku cukup sering harus ke luar
Jawa dan biasanya aku pilih terbang dengan Garuda, karena pramugaranya selalu
ada yang ganteng dan menawan. Aku sering gemas jika lihat pramugara ganteng.
Ingin rasanya melumat bibirnya, menjilat puting susunya dan menghisap
kontolnya. Waktu di Singapura aku sempat mencicipi pramugara Garuda. Aku pesan
lewat agen gigolo (namanya Putrajaya).Karena aku tidak mau disuguhi pramugara
palsu, aku periksa identitasnya bahkan dia harus bawa koper pramugaranya dan
lengkap dengan seragamnya. Aku kasihan juga dengan cowok yang cakep dan masih
muda, kok mau jadi cowok pesanan. Karena itu aku mula-mula hanya berniat main
luar saja. Tapi si pramugara bilang dia bukan cari duit, tapi mau cari
kenikmatan. Jadi akhirnya terpaksa aku “tugas” seperti biasa: mandi kucing
(menjilati tubuhnya dengan lidah dan ludahku), menjilati kedua puting susu dan
ketiaknya, mengisap kontol dan menjilati lobang pantatnya, serta menyodomi dan
disodomi. Memang pramugara itu ganteng sekali, tubuhnya atletis, kontolnya
besar, pejuhnya banyak dan kental dan jembut serta rambut ketiaknya hitam dan
lebat. Pokoknya paket komplit istimewa, seperti nasi goreng komplit pakai telor
dan daging kambing!
Ini kisah nyata, senyata-nyatanya! Waktu cerita ini
terjadi aku landing di suatu bandara (bandar udara) di luar Jawa.
Beberapa bandara merangkap sebagai pangkalan udara
militer, ada yang milik angkatan udara, ada juga yang milik angkatan laut atau
angkatan darat. Kebetulan waktu aku tiba belum ada yang menjemput. Waktu aku
telepon dengan HP, pegawai kantor cabang minta maaf, karena mereka terlambat
akibat ada demo di jalan menuju bandara. Mereka memperkirakan baru akan tiba di
bandara sekitar satu jam kemudian. Aku tidak punya pilihan selain menunggu saja
di terminal kedatangan dan duduk di bangku yang tersedia.
Tiba-tiba aku melihat seorang tentara melintas di
depanku. Aku terpana, dia bertubuh tinggi, ramping, dadanya bidang dan kekar.
Darah homoku berdesir. Dia mengenakan seragamnya biru muda dan biru tua. Di
dadanya ada tulisan yang aku tidak pasti apakah “Sagatra” atau
“Satgatra”.Pangkatnya Prada (Prajurit Dua). Mata homoku yang jalang kontan saja
jadi “ijo” dan mengikuti arah kemana dia pergi. Dia segera menghilang di
kerumunan orang. Mungkin dia pergi ke tempat tugasnya, atau mengurus bos atau
famili yang akan berangkat naik pesawat?
Sekitar sepuluh menit dia kembali lagi dan ..ah!, dia duduk
di bangku di sampingku. Otak homoku segera berpikir mencari akal untuk
berkenalan dengan (anggota) Satgatra itu.”Maaf Mas, kalau dari bandara ke kota
kira-kira berapa menit?”, aku pura-pura bertanya. Padahal aku sudah puluhan
kali ke situ dan hafal berapa lama perjalanan dan berapa jarak dari bandara ke
kota.
Aku coba-coba untuk berkenalan dan aku tahu belum
tentu berhasil.Sebab, biasanya anggota tentara atau polisi sangat arogan dan
memandang rendah pada”orang sipil”(begitu mereka menyebut orang yang bukan
tentara atau polisi). Keadaan ini terjadi akibat Pemerintah Soeharto yang
otoriter dan sangat militeristik. Pada zaman Soeharto, anggota ABRI ditempatkan
sebagai warganegara kelas satu dan yang lain warganegara kelas dua.Tidak heran
jika pandangan mereka pada orang yang bukan anggota ABRI, sangat merendahkan,
persis seperti pandangan orang kulit putih terhadap orang kulit hitam di Afrika
Selatan pada zaman apartheid dulu! Hal ini sering aku katakan pada ayahku. Tapi
beliau selalu membela diri dan tidak sependapat denganku!
Tapi Satgatra itu cukup tanggap dan ramah. Dia
menjawab pertanyaanku dengan simpatik. Aku melanjutkan move untuk
bisa berkenalan dengan mengajak dia ngobrol topik lain
yang relevan. Dia cukup betah diajak ngobrol. Tidak terasa kami sudah 30 menit
bicara.Sementara itu aku sudah sempat tahu namanya, statusnya yang lajang dan
pendidikannya yang SMU. Sementara itu aku terus menrus mencuri pandang wajahnya
yang ganteng, lengannya yang kekar dan dadanya yang bidang. Nikmat sekali dan darahku
berdesir-desir oleh rangsangan aura dan enersi kelaki-lakiannya.
Walaupun aku tahu namanya, tapi untuk menghormatinya,
dalam kisah ini aku akan menyebut dia sebagai “Satgatra” saja. Tiba-tiba HP-ku
bergetar dan rupanya yang menjemput aku memberitahu bahwa mereka masih terjebak
demo. Aku katakan agar jika mereka sampai di terminal dan aku tidak kelihatan
agar menghubungi layanan informasi. Aku akan meninggalkan pesan di sana. Aku
mulai berpikir untuk mencari alternatif lain mencapai kota. Waktu Satgatra itu
tahu masalahku, dia menawarkan aku menunggu di mess-nya. Asal saja aku tidak
keberatan dengan mess tamtama yang sangat sederhana, katanya. Aku setuju.Aku
meninggalkan pesan pada secarik kertas di layanan informasi. Ternyata Satgatra
itu membawa mobil dinas dan kami naik mobil itu ke mess yang jaraknya beberapa
ratus meter dari terminal.
Satgatra itu ramah dan hormat kepadaku. Apalagi waktu
aku cerita siapa ayahku. Mess-nya sepi dan kosong, agaknya dia tinggal
sendirian di situ.Kami duduk-duduk dan dia sedang menawarkan minum ketika
telepon di mess itu berdering. Dia mendapat perintah untuk memeriksa hangar dan
dia menawarkan apakah aku ingin menunggu di mess atau ikut dia. Tentu aku
putuskan ikut dia, sebab aku saat itu sedang berkhayal pacaran dengan Satgatra
si cowok ganteng itu! Dia mengambil minuman dan menyilahkan aku minum lalu kami
berangkat ke hangar. Hangar itu letaknya agak jauh dari terminal dan harus
memutar untuk mencapainya karena menghindari jalur pesawat terbang. Aku bangga
bahwa Satgatra itu mempercayai aku walaupun baru berkenalan. Tidak berapa lama
kami sampai di hangar yang juga tampak sepi. Ada satu pesawat militer di hangar
tapi tidak ada seorangpun di situ. Satgatra itu masuk ke suatu ruangan di
hangar dan kembali lagi. Aku pura-pura memperhatikan pesawat militer itu dari
jauh.Padahal pikiranku melayang ke cowok ganteng yang berdada bidang itu.
Tiba-tiba aku merasa harus melakukan sesuatu. Ketika
dia mengajak kembali ke mobil kami berjalan beriringan dan aku memaanggil dia
“Mas..”., dia berhenti dan aku merangkulkan tanganku ke dada bidangnya.Aku
mengambil move yang sangqt nekat! Tapi kembali aku beruntung, ternyata dia
tanggap, tidak menolak, tidak menepis. Dibiarkannya aku membenamkan wajahku
ketengah dadanya yang bidang. Aku merasakan punggungnya keras, juga dadanya.
Tidak tercium bau keringat, tetapi tercium bau plastik, mungkin dari salah satu
peralatan militer di bajunya.Dia menarikku duduk di lantai semen hangar itu.
Aku sudah lupa diri, aku dorong dia supaya terlentang dan dia tidak melawan.
Perlahan-lahan dia merebahkan badannya terlentang di lantai hangar dan baretnya
terlepas dari kepalanya. Aku “memanjat” dan melumat bibirnya, kami bersedotan
dan bertukaran lidah dan ludah. Nikmat sekali!. Lalu aku mulai sibuk mencari puting
susunya dengan melepas kancing bajunya dan menyingkap baju kaosnya. Akhirnya
aku menemukan puting susunya yang ketat dan nikmat serta sangat kelaki-lakian.
Aku sedot-sedot sepuas-puasku. Dia menggelinjang kenikmatan. Dadanya yang
sangat menonjol ke depan juga aku jilati, sehingga aku dapat merasakan asin
keringat yang mulai mengembun di dadanya yang bidang dan kekar itu. Kemudian
koppelriem, ikat pinggang dan risleting celananya aku buka untuk bisa menemui
kontolnya yang aku yakin pasti besar dan panjang. Penasaran akau menacri
kontolnya yang tersimpan rapi di dalam kancutnya yang rendah dan ketat.
Ketika kancutnya berhasil kupelorotkan tampaklah
kontolnya yang besar, hitam, disunat, mengkilat dan ketat. Tanpa menunggu lebih
lama kontol itu kuisap, sementara jariku mulai mengobok lobang pantatnya. Dia
menggelinjang ketika jariku menyodok lobang pantatnya untuk memijit kelenjar
prostatnya. Tanganku yang satu meraba dan merangsang puting susunya yang keras
dan melenting itu. Aku tidak terlalu lama “bekerja”, karena tak lama kemudian
ia segera mencabut kontol dari mulutku dan kemudian berlutut lalu membiarkan
pejuhnya muncrat berceceran di lantai hangar. Dengan takjub akau memandangi
pancaran pejuhnya yang cukup jauh dari lobang kencingnya yang sedang menganga
seperti mulut ikan.
Setelah selesai dia memijat-mijat batang kontolnya
untuk mengeluarkan seluruh pejuhnya dari saluran kencingnya. Lalu dia bangkit
dan membereskan pakaiannya. Dia tidak bilang apa-apa dan berjalan ke luar
hangar ke arah mobil. Aku mengikutinya dari belakang. Aku kira dia marah!.
Ternyata sesampainya di mobil dia mengajakku berciuman, aku layani dengan
sebaik-baiknya. Ah, nikmat sekali!
Ketika sebuah pesawat kecil mendarat, kami
meninggalkan hangar dan kembali ke terminal. Diterminal kulihat Bambang, staf
dari kantor cabang, sudah menunggu. Aku mengucapkan terima kasih dan bersalaman
mesra dengan cowokku itu, kami turun dari mobil, dia memberi hormat secara
militer dan berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar