http://qisahserru.blogspot.com/2011/04/pengalamanku-dengan-sesama-pria-1.html
Aku adalah seorang pemuda yang berasal dari salah satu
kota kecil di daerah Riau dan pada saat ini berdomisili di kota Pekanbaru. Aku
berada di Pekanbaru sejak kelas 2 SMP hingga saat ini aku sudah punya pekerjaan
tetap dan memiliki kendaraan dan rumah sendiri walaupun tidak terlalu mewah.
Aku tinggal sendirian di Pekanbaru sementara keluargaku tinggal di kota kecil
kelahiranku. Boleh dibilang kehidupanku saat ini sudah cukup mapan dan bebas
tentunya. Di kota ini juga aku pernah menjadi anggota TNI AD selama lebih
kurang 2 tahun. Kurasa tidak perlulah aku jelaskan dari kesatuan yang mana.
Sebut saja namaku Bobby. Sehari-hariku adalah orang
yang cukup tegas, macho dan tidak kewanita-wanitaan. Umurku dua puluh delapan
tahun. Wajahku menurut orang cukup tampan dan jantan. Tubuhku sangat ideal
dengan bahu lebar, dada bidang menonjol, perut yang seperti papan cuci dan
pinggang yang ramping dan tinggi 178 cm berkat latihan yang ketat dan penuh
disiplin sebagai anggota TNI yang pernah kujalani itu. Dan sekarang aku rajin
fitness dan mengatur pola makan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sexy.
Bukan sombong lho, aku sendiri cukup betah kalau bercermin sambil onani.
O ya, aku menyadari kalau aku gay saat SMA dan tentu
saja saat itu saya belum menjadi tentara. Sejak remaja aku selalu senang jika
melihat cowok macho dan ada debaran aneh gitu. Setelah menemukan artikel di
suatu majalah baru aku tahu kalau itu disebut homoseks atau gay. Aku sempat
menjadi minder dan agak tertutup dalam pergaulan. Aku juga sangat hobi onani
sejak masih SMP dan sampai saat ini aku masih melakukannya dengan beragam cara
dan teknik. Atau dengan kata lain aku onani sebelum punya air mani sampai saat
ini dengan air mani seabrek.
Waktu itu aku sempat mengenal seorang teman cowok yang
usianya lebih tua dariku. Sebut saja Anton. Aku mengenalnya karena menemukan
dompet yang tercecer di jalan yang setelah kulihat isinya ada keterangan
tentang alamat pemilik sehingga aku memberanikan diri untuk mengembalikan
dompet tsb. Rupanya dompet itu milik seorang cowok yang perawakannya sedang
dengan body yang cukup kokoh. Wajahnya imut dan sangat ramah. Saat itu dia
bermaksud memberikan imbalan karena dompetnya kukembalikan namun aku
menolaknya. Ia lalu mempersilahkanku masuk dan kami saling berbincang-bincang
tentang diri masing-masing. Rupanya ia adalah eksekutif di salah satu
perusahaan swasta di Riau. Kami cepat menjadi akrab dan sejak saat itu aku
sering jalan ke rumahnya yang penuh fasilitas dan membuatku betah dan Antonpun
tampaknya tidak keberatan dengan kehadiranku. Akupun merasa tidak ada yang aneh
dengan semua itu. Sampai pada suatu hari aku menyadari kalau Anton juga seorang
gay.
Suatu hari ketika aku jalan ke rumahnya (dia tinggal
sendirian), saat dia sedang di dapur aku melihat di meja ruang tamu ada majalah
asing yang covernya ada bule macho telanjang. Aku langsung mengambil dan
membolak-baliknya. Di dalamnya ada gambar 2 cowok yang lagi bertelanjang ria
dengan berbagai pose. Ada yang sedang mengisap perkakas temannya, ada yang
sedang mengocok batang perkakas dan ada yang perkakasnya masuk ke lubang pantat
temannya. Saat itu aku merasa jantungku berdegup kencang dan perkakasku mulai
mengeras dan terasa ada sedikit cairan yang keluar. Rupanya ekspresiku sudah
diamati sejak tadi oleh Anton yang berdiri di pintu dapur yang tidak kusadari
karena mataku tidak lepas dari majalah itu. Aku tergagap dan salah tingkah saat
kusadari Anton sudah ada di depanku dengan wajah penuh senyum. Aku sangat malu
sekali dan cepat-cepat meletakkan majalah pada tempat semula. Rasanya seperti
ingin segera menghilang dari sana saja.
Anton tersenyum maklum sambil berkata, “Tidak perlu
malu kok, Bob. Itu adalah majalah kesukaanku. Kalau kamu mau masih ada lagi”
Aku hanya tersipu-sipu sambil menundukkan kepala.
Anton kemudian pindah duduk di sampingku yang semakin membuatku salah tingkah.
Kemudian dia memegang bahuku sambil berkata dengan
lembut, “Wajar saja kok. Dulunya aku juga seperti kamu, merasa malu dengan
keadaan diri sendiri yang dianggap tidak wajar. Namun sebagai teman aku ingin
berbagi rahasia denganmu kalau aku sebenarnya gay”
Dadaku semakin berdebar kencang karena pengaruh
majalah yang belum hilang.
Anton kemudian mendekatkan wajahnya dan berbisik di
telingaku, “Aku sebenarnya sangat suka padamu, kamu tidak keberatan bukan?”
Aku merasakan nafasnya yang menerpa pipiku yang
membuatku makin terangsang, namun aku tetap diam saja. Melihat aku yang diam
Anton mulai mencium pipiku, kemudian merambah ke bibir. Karena baru pertama
kali dicium sesama cowok perasaanku saat itu aneh, tegang, terangsang dan takut
yang berbaur menjadi satu membuat nafasku agak terengah, namun aku tidak berani
membalas ciumannya. Anton meneruskan aksinya dengan membuka kaos yang kukenakan
kemudian melumat dada dan putingku dengan nafsunya sehingga aku keenakan hingga
tanpa sadar aku mendesah kecil. Tanganku secara refleks mulai meremas-remas
bahu Anton. Hanya sebatas itu karena aku masih lugu. Tindakanku rupanya semakin
membuat Anton terangsang. Posisiku saat itu masih duduk di sofa sementara Anton
ada di depanku sambil terus beraksi.
Anton mulai membuka ritsleting dan kancing celanaku,
menurunkan CD sehingga perkakasku yang sudah tegang sejak tadi bebas mencuat
dengan kepala yang membasah licin oleh lendir bening. Saat itu aku sudah
telanjang bulat dengan celana yang melorot sampai mata kaki tapi Anton masih
berpakaian lengkap. Sejenak Anton seperti terpesona melihat perkakasku yang
memang berukuran besar walaupun masih belum 100% matang. Saat ini perkakasku
panjangnya lebih kurang 19 cm dan batangnya gemuk merata yang tentunya udah matang
abis.
Anton lalu melumat perkakasku dengan lahap sambil
memajumundurkan kepalanya yang membuatku mengerang saking tidak tahan oleh rasa
nikmat yang belum pernah kurasakan. Tidak berapa lama kemudian aku mulai merasa
kalau air maniku hampir ditembakkan, tubuhku mulai menegang dan rupanya Anton
juga sepertinya tahu dan dia semakin ganas mempermainkan perkakasku. Akhirnya..
aku menembak beberapa kali di dalam mulut Anton tanpa sempat permisi lagi.
Rasanya enak sekali sampai langit ketujuh). Anton dengan lahap menelan semua
mani yang ada dalam mulutnya dan juga menjilat sampai bersih perkakasku.
Anehnya setelah aku nembak, aku mulai merasakan perasaan berdosa dan takut
sehingga aku cepat-cepat menaikkan celanaku dan menyambar kaosku mengenakannya
dengan terburu-buru. Hampir berlari aku segera meninggalkan rumah Anton.
Sekilas aku melihat Anton yang saat itu masih horny sepertinya ingin mencegahku
namun aku tetap saja berlalu dengan cepat.
Sejak saat itu aku tidak pernah lagi mengunjungi
Anton. Anton juga sama sekali tidak pernah mencoba menghubungi atau mencari ke
alamatku yang membuatku merasa lega. Aku mulai membatasi pergaulanku untuk
mencegah agar kejadian tersebut tidak terulang lagi. Cara lain yang kujalani
adalah kalau sudah terangsang aku selalu onani di kamar atau kamar mandi sampai
puas yang penting perkakasku tidak mengeras di hadapan cowok lain. Cara
tersebut cukup berhasil meredam keinginanku untuk melakukan hubungan secara
fisik dengan cowok lain, namun fantasiku tentang hubungan gay semakin beragam
dan bervariasi sejalan dengan bertambahnya usia dan semakin canggihnya dunia
informasi dengan kehadiran internet yang punya info seabrek tentang dunia gay.
Sekarang aku sudah mulai bisa menerima kalau diriku
gay. Dan kalau dipikir-pikir kasihan juga si Anton karena saat itu aku sudah nembak
dan puas sedangkan dia belum. Tapi hitung-hitung dia sudah menelan maniku yang
enak itu (aku tahu karena sering menelan punyaku sendiri saat onani). Aku juga
mulai merasa kalau Anton sebenarya cowok yang gentle. Logikanya dia dapat saja
mencampurkan obat perangsang atau obat tidur ke dalam minuman saat aku
berkunjung ke rumahnya kemudian memperkosaku. Namun hal itu tidak dilakukannya
sama sekali. Dia juga tidak berupaya keras mencegah kepergianku saat itu yang
semakin membuktikan kalau dia adalah tipe idaman sebagai pasangan teman sehati.
Sejujurnya aku cukup rindu padanya. Kalau pembaca sekalian bertanya kenapa aku
tidak berkunjung saja ke rumahnya lagi jawabannya aku sudah melakukannya. Namun
rupanya rumah itu sudah tidak ditempati Anton lagi. Aku juga sudah mencoba
menghubungi perusahaan tempat Anton bekerja dan rupanya Anton sudah pindah
tugas ke lain kota
*****
Seperti yang telah kuceritakan di atas, sejak kejadian
dengan Anton aku membatasi diri sehingga tidak pernah melakukan ‘itu’ lagi sama
cowok benaran (kalo sama cowok dalam fantasi sering).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar