Perkenalkan namaku Jefri, aku seorang abg, pelajar
salah satu SMA negeri di Kota Yogyakarta. Umurku 16 tahun. Perawakanku tinggi
175 cm dengan berat badan 60 cm. Kesimpulannya, aku seorang cowok tinggi,
tubuhku standar tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Wajahku lumayan
tampan, didukung oleh warna kulitku yang putih bersih, bahkan banyak orang
mengatakan bahwa aku seperti warga keturuna cina, padahal orang tuaku orang
jawa.
Memang, aku masih mempunyai keturunan darah orang
cina, dari ngkong dan nenekku yang memang cina. Meskipun aku dikaruniani fisik
yang lumayan, namun tidak membuatku percaya diri, bahkan aku sering merasa
rendah diri sehingga pergaulanku pun tidak terlalu luas, hanya memiliki
beberapa teman akrab saja.
Aku mempunyai teman-teman kumpul di daerahku, sebut
saja ada Andi, Adi, Jack, dan Rony. Kami begitu akrab karena mempunyai kesamaan
hoby yakni olahraga. Disamping itu rumah kamipun berdekatan, semula aku tinggal
di rumah nenekku satu rw dengan mereka sejak kecil hingga aku mulai beranjak
kelas 3 SMP dan orang tuaku membeli rumah yang berjarak 1 km dari rumah
nenekku. Sejak saat itulah, kami pindah ke rumah yang baru. Meskipun jarak
rumahku dengan rekan-rekanku tidak sedekat dulu, kami masih sering bermain
bersama, karena aku lebih sering menghabiskan hariku di rumah nenekku yang
notabene tinggal sendirian di rumah tersebut.
Hubungan persahabatan kami sangat akrab, mereka teman
masa kecil hingga sampai kami bersekolah. Kami berlima bahkan pernah bersekolah
di SD yang sama di kampung halaman kami. Hanya aku saja yang pada akhirnya
terpencar ke sekolah lain ketika aku masuk SMP dan SMA karena nilai prestasiku
lebih unggul ketimpang keempat temanku yang lain. Kalau empat temanku itu,
mereka dari TK sampai dengan SMA tetap satu atap sekolah meskipun kelas mereka
pun berbeda-beda. Yang jelas, kegiatan kami sering dilakukan secara
bersama-sama.
Suatu malam, tepatnya malam minggu, seperti biasa kami
nongkrong bersama, karena kami semua masih pada jOmblo belum berpacaran dengan
cewek manapun. Malam minggu kali ini, aku hanya menghabiskan waktu bersama
mereka sampai pukul 10 malam. Biasanya, ketika malam minggu, aku selalu tidur
di rumah nenekku, namun kali ini aku harus pulang karena kedua orang tuaku
sedang ada acara keluarga di luar kota.
"hey... aku cabut dulu ya! dah malam
nih...!" kataku akan mengakhiri perjumpaanku dengan teman-teman.
"Ngapain buru-buru pulang? belum juga jam
sepuluh! kayak perawan aja lu!" jawab Andi.
"Iya nih, tidak seru ah...! biasanya kan kita
sampe larut...!apalagi ntar ada pertandingan bola, AC Milan vs Real Madrid!
kita tunggu aja ntar sampe bolanya main!" sahut Rony.
"setuju...!ntar kita nonton bola bareng aja di
rumahku, sambil begadang! kita aruhan aja gimana? yang kalah harus traktir kita
besok!" tandas Jack.
"he em... biasaja kan kamu tidur di rumah nenekmu
kan? ngapain juga balik ke rumah?lagian besok libur...! tambah Adi.
"waduh...waduh...! begini lho, bukanya aku tidak
mau begadang, tapi rumahku lagi kosong! tidak ada penghuninya, babe dan mamiku
pergi ke luar kota! besok sore paling mereka baru pulang" jawabku seraya
mengambil kunci motor dari saku dan beranjak menaikki motorku.
"tunggu-tunggu... gimana kalau kita pindah
tongkrongan aja ke rumahnya Jefri? kita nonton bolanya di sana aja! skalian
nginep, trus besok paginya kan kita ada acara mo renang bareng?" Andi
mengusulkan ke temen-temen yang lain.
"wah...! boleh tuh...! iya bener gitu aja,
daripada satu pulang, yang lain ntar juga pada ikut pulang!" jawab
temen-temen yang lain.
"gimana Jef?" tanya Adi.
"okelah...! aku sih tidak masalah, ya udah kita
cabut sekarang aja yok...! tidak enak ma tetangga rumahku, aku tidak terlalu
akrab dengan mereka soalnya!" jawabku sekenanya.
Setelah terjadi kesepakatan, kami pun beranjak
mengambil motor masing-masing dan menuju ke rumahku. Aku segera menyiapkan
karpet lebar buat kami berlima tidur di ruang keluarga tepat di depan televisi.
Makanan dan minuman pun segera aku suguhkan sembari kami ngobrol ke sana ke
mari menunggu pertandingan bola malam ini mulai.
Tiba-tiba Jack memberi usul "eh...bolanya ntar
main jam 1 ya?wah ini masih jam 11 tuh, bete juga nunggu kelamaan, gimana kalau
kita nonton bokep aja?
"Hah....! boleh-boleh tuh...! tapi.... kita tidak
punya kasetnya!" jawab Rony.
"Tenang... sebentar!" Jack menjawab sambil
berdiri menuju ke motornya yang tengah di parkir di depan rumahku, membuka jok
motor dan mengeluarkan bungkusan plastik berwarna hitam dan menunjukkannya
kepada kami.
"Nah...! ini dia...!" kata Jack sambil
membuka bungkusan itu yang ternyata isinya adalah sejumlah kaset bokep lengkap
dengan sampul gambarnya yang hot.
"Cerdas....! memang untuk urusan bokep ria, Jack
jagonya!" kata Andy.
Aku masih tidak mengerti, sempat-sempatnya Jack
membawa kaset bokep, dan darimana dia dapat semua itu? dasar anak itu, memang
ada-ada saja, paling jago tentang yang berbau porno.
Aku pun segera mengunci pagar rumah, pintu depan,
serta menutup jendela dan gordinnya agak rencana nonton bokep barena kami tidak
diketahui orang lain. Aku siapkan VCD yang ada di bawah TV dan kami pun mulai
menonton film. Satu judul film mulai kami putar sembari aku mematikan lampu
ruang tengah agar lebih redup. Satu persatu, kami menempatkan diri
masing-masing, berselonjor di atas karpet hangat yang telah aku siapkan tadi,
tiduran dengan bantal dan guling seadanya, sambil menonton bokep yang sedang
diputar.
Nonton bola bareng telah berganti dengan nonton bokep
bareng, bahkan seakan kami terbius oleh nuansa erotis yang ditampilkan oleh
para aktor dan artis dalam film tersebut. Hingga pukul 1 lewat, kami masih
belum bergeming untuk menggantinya dengan chanel TV siaran pertandingan bola.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, lambat laun satu
persatu teman-teman mulai mengantuk. Aku melirik ke arah Rony, ia sudah mulai
menguap dan siap-siap tidur, sementara si Jack, sang pencetus ide nonton bokep
bareng malahan telah tertidur dengan pulasnya. Di sebelah bawahku, dekat kakiku
yang aku selonjorkan, ada Andy yang telah melipat kedua tangannya dan mulai
memejamkan mata. Singkat waktu, mereka telah tertidur pulas, bahkan mataku
rasanya juga sudah mulai mengantuk, sementara VCD masih memutar kaset bokep.
Hanya tinggal Adi yang sedang berbaring, memelototi setiap gerakan-gerakan
bercinta para pemain film. Nampaknya ia masih sangat betah untuk hal itu.
"Kamu belum ngantuk di?" tanyaku spontan.
"Belum Jef, masih pengen nonton nih!" jawabnya singkat.
"ya udah, aku tidur dulu ya, udah ngantuk. Ntar
kalau udah selesai dimatiin aja VCD dan tvnya" jawabku seraya menata
bantal dan bersiap tidur.
"iya, nyante aja!beres deh!" kata Adi yang
beranjak dari pembaringannya, menuju VCD dan mengganti kaset yang telah hampir
habis diputar.
Selang beberapa saat, aku terjaga dari tidurku,
melihat TV yang masih menyala. Ku tengok Adi masih terjaga dan senantiasa
menonton filmnya. Namun ada yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Adi tidak
hanya menonton TV, ia juga melakukan gerakan mengelus-elus batang kemaluannya
yang terbungkus celana. Sesekali ku lirik lagi, ia masih saja mengelus-elusnya,
bahkan terkadang, ia memasukkan tangannya ke celana dalamnya dan melakukan
onani di dalam celana.... Gairahku semakin terpancing ketika melihat aksi-aksi
seks di film yang tengah diputar bersamaan dengan aksi Adi yang tengah
memegang-megang perkakas dalam celananya. Tak tahan aku melihatnya, akhirnya
aku mememutuskan untuk
Tak tahan melihatnya, akhirnya aku putuskan untuk
mulai memberanikan diri mendekatkan tangan kananku ke arah selangkangannya.
Mula-mula di pahanya, aku merayap sampai tinggal sejengkal dari gundukan dalam
celana Adi. Aku berhenti sejenak, melirik ke arah Adi yang tidak menunjukkan
respon apapun. Aku kembali merayapi selangkangannya hingga yes..... tepat di
atas tonjolan itu.
Aku berhasil memegang batangnya sekalipun dari luar
celana. Aku menghentikan aksi untuk yang kedua kali, sembari melihat reaksi
yang akan dikeluarkan Adi. Hmmm...! setengah ragu-ragu aku akan melanjutkan
aksiku, Adi nampak diam saja, terus melihat tontonan bokep yang ada di
televisi. Jantungku deg-degan, antara takut namun penasaran untuk melanjutkan
aksiku.
Setelah tiada reaksi apapun, aku dengan halus mulai
mengelus-elus gundukan itu, merabanya, terkadang menekan-nekannya. Mencoba
memancing gairahnya untuk semakin naik hingga aku berharap, Adi tidak akan
tahan dan segera memberiku kesempatan untuk memuaskannya. Perasaanku sedikit
lega, ketika melihat reaksi Adi nampaknya menikmati elusan jari-jariku di atas perkakasnya
yang masih terbungkus. Aku merasakan dengan jelas, perkakasnya berdenyut,semakin
kencang ketika ku raba.
"Ach... biarin aja kalau dia akan marah-marah!
dan tidak terima apa yang aku lakukan" pikirku dalam hati. Langsung saja
aku memberanikan diri untuk membuka resleting celananya perlahan. Dan....!
Tersentak kaget aku melihat reaksi Adi, mempermulus
jalanku menuju sasaran, ia melepaskan kancing celana jeans nya, seolah
mempersilahkan aku untuk meneruskan kerjaku.
WelcOme...! sambutan yang cool namun mengisyaratkan
banyak makna itu, aku sambut dengan kegembiraan, segera aku susupkan tanganku
ke dalam celananya. Aku terus meraba-raba senjata satu-satunya milik Adi. Aku
rasakan tonjolan yang begitu kelas, disertai dengan sedikit basah pertanda
precume yang membekas di celana dalamnya. Semakin lama aksiku semakin lincah,
aku semakin tak kuasa menahan birahiku sendiri, sementara Adi merem melek
merasakan setiap usapan tanganku.
Segera ku buka celana dalamnya, aku keluarkan
batangnya dari sarang yang telah menghimpitnya, dan.... Plup....! wow... begitu
elok dipandang. Sebuah batang tegak lurus, dihiasi guratan bekas sunat dengan
batangnya menjulur, penuh urat darah yang membuat semakin besar. Aku berusaha
terus mengeluarkan perkakasnya, ia pun membantuku dengan memelorotkan sedikit
celana dan celana dalamnya, sehingga tampak dengan penuh batang kemaluannya
dari pangkal hingga ujung. Rambut-rambut halus hitam keriting menyertai batang perkakasnya.
Dengan gagah berani seraya siap bertempur, menembak sasaran di medan laga!....
Aku memainkan benda tumpul itu, mengocoknya ke atas kebawah,
Adi kelonjotan tak terkira ketika kemaluannya aku permainkan. Terkadang aku
percepat gerakanku hingga Adi mendesah, terkadang pula aku melambat,
merelekskan gerakannya, supaya ia mampu menghela nafas, menikmati lembutnya
setiap gerakan yang aku buat. Birahiku semakin melonjak, melihat perkakas yang
terus menegang di depan mataku, mendengarkan setiap desahan kenikmatan yang Adi
keluarkan. Aku mulai mendekatkan tubuhku, tepatnya mendekatkan mukaku ke perkakasnya.
Tercium dengan jelas di hidungku, bau khas lelaki, kejantanan yang tiada tara.
Aku mulai menjilati pucuk batangnya, menikmati precume yang terasa asin dan bau
anyir. dan sluuuuuup.... tenggelam sudah perkakas Adi dalam mulutku. Ku mainkan
mulutku untuk mengocoknya, sesekali menyedotnya, memberi sensasi tersendiri di
setiap kenikmatan Adi. Terkadang aku menjilati batangnya hingga ke buah
pelirnya.
"oooooooooh..... aaaaaaaaah!" desah Adi tak
mampu memejamkan maupun membuka matanya. Bahkan terkadan ia dengan sengaja
membelai kepalaku, memegangnya lalu menekannya ke arah dimana perkakasnya dapat
masuk lebih dalam ke mulutku. Seakan tenggorokanku penuh, segera aku melakukan
gaya tolak, supaya aku tidak muntak dibuatnya.
Aku terus melakukan oral sex untuk senjata Adi, tanpa
mempedulikan di sisiku ada teman-temanku yang sedang tertidur. Tanpa peduli apa
yang harus aku lakukan jika mereka terjaga dari tidurnya dan mengetahui apa
yang aku lakukan dengan Adi. Nampaknya Adi pun sama sekali tidak mempedulikan,
atau bahkan khawatir dengan hal itu. "Oh yes.....! hmmmmmm!" desahan Adi
terus menikmati sedotan demi sedotan mulutku. Hingga... setelah sekian lama, ia
semakin menekan-nekan kepalaku untuk terus menyedot dan memasukkan batangnya
lebih dalam dan.... crooooooooot..... crooooooooooooot.... croooooooooooot
tembakan bertubi-tubi kurasakan dalam kerongkonganku, disertai dengan lelehan
cairan putih yang memenuhi mulutku dan hampir membuatku tersedak. Adi tak
mempedulikan itu, ia terus saja menyodok mulutku, dengan tanpa sengaja pun,
sebagian maninya tertelan olehku, sebagian lagi keluar dari sela-sela mulutku.
"Oooooooooooooh!!!" lengkuhnya sambil melepaskan tekanan tangannya di
kepalaku, dan tidur tergeletak melepas lelah.
Aku pun segera menuntaskan pekerjaanku, mengusap
sisa-sisa sperma yang masih menempel di perkakasnya, kemudian membersihkan diri
di kamar mandi. Selang kemudian, aku kembali ke ruang tengah, nampak Adi telah
berbenah diri dan segera gantian menuju ke kamar mandi. Aku kembali rebahan di
atas karpet itu, beberapa saat kemudian Adi muncul dari balik kamar mandi,
segera ambil posisi tidur di sebelahku dan hanya berucap "Thanks ya!"
langsung kami tidur.
Pagi harinya, kami pun bangun. Sudah nampak ramai
sekali suara teman-teman yang tengah ngobrol sambil minum kopi hangat yang
entah kapan mereka buat! aku melihat Adi pun juga sudah duduk sambil menonton TV,
ketika aku bangun dan melihatnya, seolah-olah ia cuek terhadap apa yang telah
terjadi semalam. Pagi itu pun, sesuai dengan rencana, kami pun bersiap-siap dan
berangkat menuju kolam renang bersama. Kami berenang dan bermain bersama, Adi
pun bercanda dengan aku dan teman-teman seperti biasa, tidak pernah membahas
kejadian yang begitu nikmat malam tadi. Namun, ada yang sedikit berbeda, ketika
kami bermain di kolam renang yang terhitung ramai, karena hari minggu banyak
pengunjungnya, ia sering mendekat ke arahku, entah sengaja atau pun tidak, ia
sering menggesekkan perkakasnya ke bokongku ketika aku berbalik arah, dan itu
tidak terjadi sekali, namun hampir sepanjang hari itu hingga kami selesai
berenang, hal itu terus dilakukan Adi. Hemmm nampanya ia sangat ketagihan
dengan servisku semalam... "sabar ya di!" batinku
Di dalam kolam renang itu, kegilaan Adi semakin
meningkat. Ia terus mendekatiku kemanapun aku berenang. Dan setiap kami
berdekatan, ia terus melakukan hal yang sama, menempelkan gundungan dalam
celananya ke daerah bokongku, terkadang di dekat pinggulku.
Namun, ia begitu lincah melakukannya, seakan setiap
kejadian dibuat tanpa ada unsur kesengajaan. Mungkin karena kondisi kolam yang
cukup ramai, jadi tidak ada yang memperhatikan kelakuannya. Jujur saja,
birahiku semakin terpancing dibuatnya, aku terus membayangkan sebuah batang
kemaluan yang sedap dipandang dan sedap disedot, tegak lurus menjulang ke
langit, perkasa dan begitu jantan dimiliki oleh teman karibku, Adi.
Sementara itu, Andi dan rekan-rekan yang lain tengah
sibuk bermain air, bola yang sudah dipersiapkan dari rumahku, kini dibuat
mainan kami. Setelah sekian lama kami berenang di kolam, aku berniat
mengakhirinya terlebih dahulu.
"oi... aku udahan dulu ya.... mo ke kamar
mandi!" teriakku pada teman-teman yang tengah asyk main bola di kolam.
Badanku terasa capek sehabis mainan air berjam-jam lamanya, aku melangkahkan
kakiku ke kamar mandi sambil membawa tas dan handuk berisi pakaian ganti.
Uh.... untungnya kamar mandi di area cowok sedang sepi, jadi tidak perlu
mengantri, aku langsung masuk aja ke kamar mandi sebelah pojok. Segera aku
nyalakan kran air, mencopot celana renang dan celana dalamku dan membasuhnya
dengan air bersih. Aku melihat perkakasku sudah tegang sejak tadi, gara-gara
terpancing oleh aksi yang dilakukan Adi. Setiap mengingat kejadian semalam dan
baru saja yang ia lakukan, aku merasa bergairah untuk melampiaskan nasfuku.
Akhirnya, aku putuskan untuk melampiaskannya di dalam kamar mandi. Aku ambil
sabun yang telah ku persiapkan dari rumah, ku lumurkan ke bagian terlarangku,
dengan tangan kananku, aku mulai membangkitkan gairahku, mengocok penis yang
telah tegang sejak tadi dan membayangkan betapa nikmatnya bercinta.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh ketokan pintu kamar
mandi dari luar, "siapa?" tanyaku...
"Aku... cepet bukain pintu!" kata seseorang
di balik pintu, dan nampaknya suaranya begitu familiar di telingaku. Aku pun
bergegas membukakan pintu kamar mandi sedikut, mengintip dari celah pintu
karena aku masih telanjang bulat. Huft.... mengganggu saja!" gumamku dalam
hati sambil membuka pintu.
Tersentak aku melihatnya, sesosok tubuh atletis ada di
depan pintu kamar mandi yang aku gunakan, badan bersih dengan mengenakan celana
seksi khas untuk perenang cowok. Ku lihat dari ujung kakinya hingga ke atas
dan....! hah Adi....!"
Tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, ia langsung
menerobos pintu yang aku buka sedikit, kemudian menguncinya, segera ia
memelorotkan celana renangnya, dan perkakasnya yang perkasa itu kini terbebas
dari sarang. Ia mulai mendekapku, menggesek-gesekkan perkakasnya ke tubuhku,
dibaliknya cepat tubuhku hingga ia berhadapan dengan punggungku, dicepitkan perkakasnya
ke sela bokongko, dan menggesekkan ke atas bawah sambil memegang pinggangku.
"Oh....!" nikmat...!" kata pertama yang keluar dari mulut Adi
setelah kami berdua berada di dalam satu kamar mandi.
Gemericik air membuyarkan desahan Adi yang semakin
meronta keenakan. Terkadang aku takut ada yang akan mendengarnya di luar dan
mencurigai kami tengah melakukan hubungan intim. Adi tetap mendesah-desah dan
terus menggesekkan perkakasnya.... Sekarang ia mulai berani memegang perkakasku
yang juga tengah berdiri keras...! mengocoknya dengan tangan kanannya, sambil
meraba-raba perut dan dadaku dengan tangan kirinya. Hingga sampai ia
meremas-remas dan sesekali mencubit puting susuku. Oh.....! yes.....!
Kami terus melampiaskan birahi kami. Adi tetap tidak
mengubah posisinya setelah 15 menit berlalu. goyangannya meskipun tidak
nge-fuck, tetap yahud dan begitu membakar gelora nafsuku. Ia semakin
mempercepat gerakannya, ketika suara ramai terdengar dari balik kamar mandi.
Nampaknya ada orang masuk ke area kamar mandi cowok...! ah... itu mungkin Andi
dan teman-teman yang lain... pikirku dalam hati.
Adi nampaknya juga memiliki kecurigaan sama denganku.
Ia terus mempercepat gerakan gesekan mautnya di sela bokongku. Tiba-tiba ia
membalikkan tubuhku dan menekan pundakku seraya memberiku isyarat untuk segera
jongkok. Tanpa rasa malu, aku langsung mengerti apa maunya, aku jongkok di
depan perkakasnya, mengulumnya dan mengocoknya dengan cepat, menanti hasil
kenikmatan yang sesaat akan aku terima.
"oooooooh!aaaaaaaah!!!!!!!!!!!!!
crooooooooooooot.... croooooooooooot crooooooooooot crooooooooooooot! keluarlah
air maninya di bibirku, mengenai mukaku dan sebagian meleleh di dadaku.....
"argh......! hmmmmmmmmmm!" erangnya ketika
mencapai punca kenikmatan. Ia berdiri sambil menegakkan kepala, memejamkan
mata, menikmati puncak klimaks yang baru ia rasakan. Aku segera mengerti apa
yang harus ku tuntaskan, segera aku menjulurkan lidahku, menjilati setiap
tetesan sperma yang masih tersisa, dan beberapa kali mengulumnya untuk memberi
paket finishing yang ia harapkan.
Aku pun segera mengambil gayung untuk membilas
tubuhnya dan tubuhku, namun secepat kilat, Adi mendekatiku, mengocok perkakasku
sambil berdiri..... Dengan cepat dan karena aku sudah birahi sejak tadi...
achhhhhhhhhh!!!! cairan kenikmatanku keluar juga.... croooooooot..... crooooooooooot
mengenai dinding kamar mandi, berceceran di lantai, dan sebagian mengenai
tangan kanan Adi.
"Achhhhhhhhh..... lengkuhku panjang sambil
memeluk Adi yang tengah berdiri.
"Thanks ya!" kataku mengucapkan terima kasih
buat Adi, rekan dan mitra seks ku sejak malam itu, di kolam renang, hingga
kini.
kadang..aku masih melakukan nya dengan ponakanku yang bottom gay..Hanya saja body kecil dan biasa.serta imut wajahnya..serta mampu memuaskan peniku yang lumayan..serta sering sekali ponakan ku minta lagi dan lagi..salam kenal buat penulis artikel nya. .suka dan mantap..
BalasHapus0815 7082 0147
Bagi yang ingin kenal dengan aku.
odil
Budi Purnomo♬085642029995♬&♬085877006668♬@.
BalasHapus1) Umur 10 – 12(SD),12 – 15(SMP)&15 – 18(SMA).
2) Khusus Anak2 Komunitas Sekolah Gay’s.
3) Khusus Cowox Brondong.
4) Berat badan 30 – 50 kg.
5) Tubuhnya yang sixpack&berotot banget.
6) Kontol yang berotot&berurat banget.
7) Nikah.
8) Khusus Lanang Junior.
9) Kawin Kontol.
10) Diajak Senggam Kontol(Kentu Kontol).
11) Khusus pencinta Homo’s(Gay’s).
12) Buka 24 Jam Nonstop.