Namaku Raffael da Costa, umur 18 tahun. Aku termasuk
seorang siswa yang cukup pandai di salah satu SMU Negeri di Surabaya. Ciriku,
tinggi 171 cm dan berat 62 kg. Sebenarnya untuk ukuran cowok, bisa dikatakan
bahwa aku cukup kurus lah.
Sebenarnya tampangku biasa saja, tapi entah kenapa
banyak yang bilang kalau aku cute. Kesehariannya aku dipenuhi dengan jadwal
yang padat oleh berbagai macam kegiatan dan les. Sebenarnya aku cukup capek.
Tapi demi cita-cita dan demi berbakti pada kedua orang tuaku, aku harus rajin
belajar dan menyibukkan dengan berbagai aktifitas.
Aku sebenarnya anaknya rada pendiam, dan kurang
bergaul. Tapi aku punya teman yang cukup akrab, namanya Irvan. Dari dialah aku
bisa belajar macam macam. Mulai dari mencoba coba rokok. Mencoba minum bir.
Belajar chat di internet. Dan yang paling konyol adalah dia menunjukiku lubang
kecil di toilet umum di dekat pelabuhan. Kebetulan rumahku memang dekat dengan
pelabuhan.
Toilet ini banyak digunakan oleh warga kampung dan
beberapa pengunjung pusat pertokoan. Awalnya Irvan mengajakku untuk mengintip
cewek buang air kecil ataupun ibu ibu yang mandi. Ada keasyikan tersendiri saat
mengintip orang telanjang di toilet itu. Karena aku jarang
bergaul, maka aksi mengintip di toilet
ini menjadi hiburanku manakala aku penat dari belajar ataupun cape habis
beraktifitas.
Kadang aku datang ke tolet itu sendirian tanpa
ditemani Irvan. Dari beberapa orang yang aku intip, entah mengapa aku merasakan
perasaan berbeda ketika mengintip cowok buang air kecil. Melihat ukuran perkakas
beberapa cowok cukup membuatku bergetar dan berdesir.
Dan yang paling aku suka justru jika yang aku intip itu cowok muda dengan kulit
bersih atau putih. Sering aku meluangkan waktu di toilet ini, untuk mengintip.
Dan sudah puluhan perkakas anak remaja muda yang masuk ke toilet ini untuk
buang air sudah aku lihat. Terkadang ada yang cakep juga yang masuk ke dalam
toilet, tapi sebagian besar malah warga kampung dan para ibu ibu. Karena kalau
cowok, biasanya cukup mencari pohon ataupun sudut bangunan untuk buang air.
Hanya cowok rumahan yang biasanya buang air di toilet umum.
Nah, sampai pada akhirnya suatu hari di sore hari yang
masih cukup terik. Ada peristiwa yang membuatku teringat terus. Ada cowok
chinese, umur 18 tahunan, wajahnya tergolong cute dan bersih masuk ke toilet
umum itu. Dia Badannya cukup bagus, mungkin dia suka olahraga. Pakaian seragam
sekolahnya juga bersih. Setelah aku perhatikan, cowo ini menutup pintu toilet,
lalu celingak celinguk seolah mencari sesuatu. Dia juga sempat memperhatikan
lubang tempat aku mengintip.
Aku takut ketahuan, tapi rupanya dia bersikap biasa
dan sepertinya tidak tahu kalau sedang aku intip. Lalu dia membuka resleting
celananya dan mengeluarkan perkakasnya yang gak sunat. Lama aku perhatiin perkakas
berwarna coklat kekuningan yang masih ada kulupnya itu. Bukannya buang air, dia
malah mengusap usap kontlnya sehingga tegang berdiri. Lama aku tunggu, air
kencingnya tak kunjung keluar. Rupanya dia memang tidak berniat buang air. Tapi
malah melakukan onani. Makanya dia bersandar di dinding toilet sambil terus
mengocok perkakasnya. Perkakasnya kini dalam keadaan ngaceng. Dia buka kulup perkakasnya
dan dia tarik ke belakang, sehingga kini menyembullah kepala perkakasnya yang
berwarna kemerahan. Dia ambil air dan dia basuh ujung perkakasnya yang ada
smegmanya. Kotoran berwarna putih di sela sela kulupnya itu dia bersihkan pakai
air, lalu ketika perkakasnya sudah tegang penuh. Dia mulai mengocok kocok perkakasnya
sambil matanya merem melek. Aku perhatikan dengan seksama, dia keenakan ngocok perkakasnya
yang kini warnanya merah banget.
Dia ngocok sambil tetap mengenakan seragam sekolahnya
yang berwarna krem dengan celana abu-abunya. Jadi dia cuma membuka resleting
celananya saja. Wow seksi banget. Dia ngocok sambil bergaya dimaju mundurin perkakasnya
ke atas. Dan kulihat rona keenakan di wajahnya. Lama dia mendesis desis sambil
mengocok perkakasnya. Lalu dia mengeluarkan HP dan memutar video porno untuk
membantunya menerawang imajinasi seksualnya. Kini celananya tidak lagi dipakai,
tetapi dia pelorotin sebatas lutut. Tapi karena lantai basah, dia akhirnya
lepaskan celananya agar celananya tidak basah. Kini dia hanya memakai celana
dalam berwarna hitam. Ups.kontras sekali dengan kulitnya yang putih bersih dan
mulus itu. Aku yang menyaksikan adegan itu, rupanya ikutan tegang. Sepertinya
aku terangsang melihat adegan cowok chinese onani di depanku. Dan tanpa sadar
aku elus elus jendolan perkakasku yang masih terbungkus celanaku ini.
Lama dia mengocok sambil sesekali memejamkan matanya.
Kadang jari tangannya dia kenyotin, sedang tangan yang lain terus mengocok perkakasnya.
Kadang dia membasahi perkakasnya dengan air. Lalu dia kembali mengocok perkakasnya.
Hingga akhirnya dia mengambil sabun dan menyabuni perkakasnya hingga berbusa.
Akibatnya selangkangannya penuh dengan busa. Dan mau tidak mau dia harus
melepaskan celana dalam hitamnya agar tidak basah kena busa sabun. Menyaksikan
cowok chinese berkulit putih telanjang di depan mataku, membuatku semakin
horny. Akhirnya aku rogohkan tanganku ke dalam celanaku dan aku raba raba perkakasku
sendiri. Ada cairan precum di ujung perkakasku pertanda aku terangsang berat.
Dia kini mengocok perkakasnya dengan bantua busa
sabun. Dan itu membuatnya semakin blingsatan, karena efek licin sbun itu
mempercepat proses onaninya. Sampai tiba tiba dia mengerang pelan, dengan
diikuti otot lututnya menegak dan tubuhnya menegang. Akhirya dengan lirih dia
mendesah, uuuuuurghh...urghh.... Sambil tangannya terus mengocok dan akhirnya
kocokannya berhenti karena dia akan memuncratkan pejuhnya "Crootttt
croottt croot….!. Aku lihat dia melihat semburan spermanya yang muncrat di
dinding toilet. Lalu dia menggelinjang ketika perkakasnya dia basuh dengan air.
Mungkin dia kegelian. Lalu dia mengenakan kembali celana dalamnya dan memakai
celana abu-abu seragam sekolahnya. Lalu dengan langkah gontai dia keluar
toilet. Aku sungguh penasaran dan berusaha mengikuti jejak cowok chinese itu.
Rupanya dia menuju ke arah sekolah negeri 4 yang berada di kompleks itu.
Berarti dia satu sekolahan dengan aku. Mengapa dia harus ke toilet umum jika
hannya untuk onani.
Dan mengapa sudah sore begini dia masih di sekolah.
Padahal aku sudah pulang dari tadi bahkan sudah makan siang segala. Rupanya
anak chinese tadi masih ikutan ekstra kurikuler komputer. Dan akhirnya aku pun berusaha
menunggu selesainya kegiatan ekstra kurikuler itu. Tetapi agak lama menunggu,
membuatku bosan. Akhirnya aku memutar ke belakang Lab kOmputer untuk mencari
tau. Aku intip instrukturnya adalah Pak Jhony,
dan anak chinese tadi duduk di dekat jendela. Dia
menoleh ke arahku, dan aku buru buru memberinya senyum dan diapun tersenyum
balik.
Dan rupanya selang 10 menit, kelas ekstrakurikuler komputer
itu sudah kelar. Aku buru buru ke depan lab dan mencoba mencari anak chinese
tadi.Rupanya di badge seragamnya tertera namanya Stefanus I.A. Lalu aku dekati
dia dan mengajaknya kenalan. Rupanya dia anak pindahan, dan masih kelas XI. Dan
dia ngekos sekitar 200 meter dari toilet tadi. Aku mengajaknya ngobrol smbil
berjalan ke arah kost-an dia. Dan seperti yang aku rencanakan, dia akan
menawariku untuk mampir kost nya.
Setelah melepaskan sepatu dan kaos kaki, dia membuka
baju seragamnya. Dan kini hanya memakai kaos singlet. Rupanya di kamarnya dia
memiliki laptop. Lalu obrolan kami mengarah pada kegiatan ekstrakurikuler computer.
Dan diapun terkena pancingaku soal software statistik, dan berniat menunjukkan
programnya di laptop.
Ketika sudah membuka laptop, bukannya konfirmasi soal
software statistic itu, aku malah nanyain tentang file video bokep. Dan
ternyata dia punya banyak file bokep
itu. Lalu dia membuka folder X-files yang rupanya berisi video hasil
download-an. Aku terus asyik menyaksikan video di laptonya. Sementara Stefanus
sibuk keluar masuk kamar dan kini telah berganti celana pendek. Menyaksikan
adegan bokep itu membuatku terangsang. Sewaktu Stefanus keluar kamar, kuelus
jendolan perkakasku. Aku makin dibuat terangsang. Akhirnya aku gosok gosok perkakasku
yang masih terbungkus celana itu. Cairan precumku semakin banyak saja, apalagi
sejak menyaksikan adegan Stefanus oanani tadi, perkakasku belum juga
dikeluarin. Saat aku tengah asyik menggosok perkakasku, Stefanus masuk kamar
dan memergoki aksiku.
"Hayoo..sedang ngapain tuh"tanyanya.
Aku memang kaget, tapi aku pura pura tidak
memperdulikan dia.
"Baru ngeliat satu adegan aja udah tidak tahan.
Nih aku, biar seratus video bokep aku bisa tahan tidak ngaceng"
sesumbarnya.
"Oh ya? Beneran neh? Trus ngapain tadi kami di
toilet umum sana tadi,"mulutku tak bisa direm.
"Hah?"kulihat Stefanus terkejut.
"Emang kamu ngeliat,"tanya dia.
"Iyah", jawabku singkat.
"Jadi kamu tau kalo aku tadi onani? Kamu ngeliat
burungku? Kamu ngintip ya?"Cecar Stefanus dengan muka memerah.
"Gapapa lah. Lumrah kok. Tapi aku suka kok ama perkakas
kamu. Lucu. Apalagi tidak sunat gitu,"jawabku.
"Yah curang. Kamu nakal yah. Emang kamu
sunat?",ujarnya.
"Iyah" jawabku.
"Boleh liat"
"Yah jangan!."
Stefanus berusaha meraih celanaku dan memelorotkan
celanaku. Akhirnya terjadi aksi saling tarik menarik.
Rupanya aku kalah sigap, karena dia berhasil membuka
resleting celanaku. Tapi karena aku memakai celana dalam, jadinya usaha dia sia
sia.
"Coba liat dong punyamu"pinta Stefanus
terkesan iseng. Mungkin dia asal bilang aja. Tapi itu sudah menjadi alasan
untukku agar menunjukkan perkakasku. Karena memang itu yang aku harapkan dan
aku tunggu.
Akhirnya aku membuka kancing celanaku dan memelorotkan
celana dalamku.
Aku tunjukkan perkakasku. Stefanus memandanginya
sekilas, dengan mulut ternganga karena terkejut aku nekad melakukan aksi pamer perkakas.
Sungguh hal di luar perkiraannya. Dan aku yang memang niatnya berbuat mesum,
langsung kupelorotkan celanaku dan kuraih perkakasku, dan aku kocok kocok di
depan Stefanus. Kulihat Stefans memalingkan muka. Mungkin dia malu menyaksikan
adegan yang tidak pantas ini. Tapi aku masih tetap nekad, karena memang itu
misiku hingga mampir ke dalam kamar kost Stefanus ini.
Aku terus mengocoki perkakasku, dan kuiringi dengan
desisan berharap Stefanus menoleh dan menyaksikan aksiku. Agak lama aku berbuat
seperti itu, dan Stefanus masih tidak mau menoleh. Lalu aku berpura pura
berteriak "Ahhhh…" agak cukup keras. Dan pancinganku berhasil
Stefanus menoleh sambil tersenyum.
"Ga usah malu-malu. Ngocok bareng aja
yuk,"ajakku. Tapi Stefanus tak bergeming.
"Kita tanding lama lamaan tidak keluar. Kuat
kuatan,"tantangku. Rupanya muslihatku ini berhasil. Stefanus akhirnya
tertantang. "Beneran? Emang yang menang dapet apa?,"tanya dia.
"Boleh minta apa aja. Yang menang ditraktir di
restoran,"jawabku spontan meralat demi menarik minat Stefanus. Rupanya dia
tertarik, dan menjawab "Boleh".
Lalu diapun dengan malu-malu memegangi ikat pinggang
celananya. Ada keraguan di hati Stefanus. Lalu aku mendekat dan berusaha
membantu memelorotkan celananya.
"Udah, tidak usah malu. Toh udah sama sama gede aja,"pancingku
meyakinkan.
Akhirnya Stefanus membuka celananya, dan perkakasnyapun
dikeluarkan.
Perkakasnya masih lemas, dan belum terangsang penuh.
"Oh ya, lombanya itu bukan mengocok sendiri lho
ya. Tapi ngocokin punya lawan. Jadi kamu ngocokin punyaku, dan aku mengocokin
punya kamu,"kataku meralat aturan permainan.
"Hah?"kulihat Stefanus kaget dan tak
menyangka aturan lombanya diralat.
Akhirnya kepalang tanggung Stefanus memegang perkakasku,
ketika aku dengan sekuat tenagaku terus mengocoki perkakasnya yang belum sunat
itu. Awalnya memang agak susah membuat perkakas itu menegang. Namun dengan
pengalamanku yang cukup, aku tekan titik titik tertentu sambil aku kocok pelan,
akhirnya perkakas itu perlahan berdiri mengeras.
Kulihat Stefanus agak ragu ragu mengocoki perkakasku
yang ukurannya lebih besar dari punya dia. "Pokoknya yang kalah, yang
nraktir lho ya,"aku mengingatkan. Dan itu membuat Stefanus bersemangatdan
lebih keras mengocoki perkakasku. Ada rasa nikmat saat tangan halus miliknya
mengocoki perkakasku yang telah tegang penuh itu. Aku memang begitu terangsang
melihat tubuh mulut nan putih milik pria keturunan chinese ini. Apalagi perkakasnya
yang uncut itu juga begitu menarik minat dan nafsuku.
Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak
menggebu memainkan tangannya, di perkakasku. Kulihat dia begitu tenang. Justru
akulah yang kurasakan meledak-ledak. Mungkin karena karena dorongan birahiku
kurasakan melebihi birahinya.
Kepalang tanggung, aku akhirny nekat. Kutundukkan
kepalaku, dan kubuka mulutku lalu dengan sigap aku kulum perkakas Stefanus. Dia
begitu terkejut dan berusaha melepaskan diri. Namun perkakasnya kini dalam
hisapan mulutku dan tak bisa lepas. Mungkin karena rasa enak ketika lidahku
menyentuh batang perkakasnya, kulihat Stefanus tidak lagi berusaha mendorong
kepalaku lagi. Tangannya yang memegangi kepalaku, kini dorongannya semakin
melemah. Hanya suara desahan yang kudengar "Ohhhh…ahhhh".
Yes!! Sukses!! Sorakku dalam hati.
Lama aku kulum kulum perkakas tak bersunat itu. Kadang
ujung kulupnya aku sedot kuat kuat, dan itu membuat Stefanus menggelinjang
gelinjang menahan rasa nikmat. Sesekali aku variasikan dengan mengecupi batang perkakasnya,
dan bulu-bulu perkakasnya aku gesek gesek dengan mulut dan hidungku. Lalu biji
pelernya juga aku jilat-jilat, dan sela sela garis perkakas dan lubang anusnya
juga aku jilat jilat dengan lidahku, dan itu membuat Stefanus semakin
menggeliat sambil mendesis desis.
Lalu lidah kugeser makin ke atas ke batang perkakasnya,
dipegangnya kepalaku dan diapun tidak lagi emndesis tetapi mulai merintih
kenikmatan. Beberapa lama kugeserkan lidahku di buah peler dan batang perkakasnya
yang makin membengkak. Hingga kini kulupnya membuka dan kepala perkakasnya
terbuka bebas, layaknya orang sunat. Karena kenikmatan yang begitu hebat, tanpa
terasa Stefanus telah menggoyang pantatnya mengikuti aksiku. Kadang diangkat
kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba aku melakukan sedotan kecil di kepala perkakasnya,
hal itu membuat Stefanus terlonjak sambil merintih. "Ohhhhhh…aduhhhhhhhhh
enakkkk bangettt".
Akhirnya dengan semangat aku menyedoti kepala perkakasnya,
kadang kusedot kadang kupermainkan dengan ujung lidahku. Memang dengan variasi
itu, kenikmatan yang dia dapat luar
biasa, seluruh kelamin sampai buah peler, gerakan dia makin tak terkendali.
Birahiku juga sudah sampai puncak menyaksikan ulahnya yang terus menggeliat
karena keenakan itu. Kutelusuri pangkal perkakasnya
lagi dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung perkakasnya yang mengkilat
itu, berkali-kali.
"Ahhh... Enak sekali..." dia berdesis.
Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan
kujilat dengan lidah sedangkan pangkal perkakasnya kuelus dengan jariku. Suara desahan Stefanus
membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di alat kelaminnya
yang tidak disunat itu. Tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya,
dengan perkakasnya yag memerah itu persis di depan lubang pantatku. "Dik,
aku masukin dikit ya, Lagi pengen sekali."kataku lirih.
Stefanus sudah tidak dapat berfikir jernih.
Kupegang batang perkakasnya yang belum sunat itu,
kutempelkan pada lubang pantatku, kusapu-sapukan sebentar di bongkahan dua
pantatku, dan... oh,ketika kepala perkakasya kumasukan dalam lubang, aku hampir
terbang. Begitu juga kulihat respon Stefanus. Dia malah memejamkan matanya,
sambil terus merintih keenakan.
Beberapa detik aku tidak berani bergerak, tetapi
tanganku masih memegangi perkakasnya yang belum sunat itu. Ujung perkakasnya
memang masih menancap di ujung lubang pantatku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil
di ujung anusku. Aku memang tidak yakin apakah kedutan itu berasal dari
pantatku, ataukah dari perkakasnya yang belum sunat itu.
Lalu kuangkat sedikit pantatku, dan kuturunkan sedikit
hingga gesekan ujung perkakasnya terasa menggeser lubang pantatku. Kudorong
pinggulku ke bawah, dan makin dalam batang itu menembus dinding anusku,
kenikmatan makin dalam kurasakan. Memang hampir separuh batang perkakasnya
sudah melesak dalam lubang pantatku. Jujur, tidak ada rasa sakit seperti yang
sering aku dengar dari temanku ketika perkakas masuk ke dalam lubang pantat,
padahal sudah separuh. Kujepit perkakasnya dengan otot dalam lubang anusku,
agak kusedot ke dalam seperti sedang mengejan saat buang air besar. Lalu
setelah relaks, kulepas kembali Kulakukan itu berulang-ulang.
"Oh.. hhhhh sungguh nikmat sekali.
Auuhhhhhhhhhh" Kudengar Stefanus mendesis-desis, sambil dadaku
diremas-remas. Selai itu putting tetekku yang kecil itu juga diremas-remasnya.
Dan itu semakin membuat aku
merintih-rintih keenakan. Lalu dengan segera aku
masukkan seluruh batang itu ke dalam lubang pantatku. Kudorong pinggulku ke
bawah, terus ke bawah sehingga perkakas Stefanus yang tidak sunat itu
seluruhnya masuk ke lubang pantatku, tidak ada rasa sakit. Karena yang ada
adalah kenikmatan yang meledak-ledak. Oh, sungguh enak rasanya., apalagi saat
aku goyang goyang.
Sementara tangan Stefanus sibuk memilin dan meremas
serta mengocok perkakasku dengan penuh nafsu. Kadang pelan, kadang keras,
mengikuti alunan hentakan goyangan pantatku.
Karena rasa nikmatnya, aku merintih, mendesis,
mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Dari posisi duduk, kurubuhkan
badanku di atas badannya, dadaku menempel, perutku merekat pada perutnya.
Kudekap Stefanus erat-erat. Tangan kiri Stefanus mendekap punggungku, sedang
tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan meracau perkakasku yang terus
menegang dan berdenyut denyut mengikuti denyutan lubang pantatku yang sedang
menjepit perkakas Stefanus. Aku makin dibuai beribu kenikmatan. Sambil
merintih-rintih, terus kukocok dan kugoyang pinggulku. Nikmat itu kurasakan
karena benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah menyusuri
dinding dinding anusku.
Selang beberapa lama, tiba-tiba aku tidak tahan lagi,
kedutan yang tadinya kecil kini makin keras dan akhirnya meledak. Kocokan
tangan Stefanus di batang kontoku telah membuat kedutan dan kelonjotan perkakasku
hingga ejakulasi hampir sampai. Dan itu membuat lubang anusku menyempit-melebar
seiring kedutan perkakasku. Lalu tanpa dapat aku tahan,menyemburkan spermaku
dan muncrat di perut kami berdua.
Basah!!!.Crottt…crotttt.. crottt… crottt…
"Ahhhhhhhhhhhh..."aku merasa lega. Saat aku
ereksi itu, kutekan pantatku ke perkakasnya, dan kurasakan kedutannya keras
sekali. Sungguh saat itu yang kurasakan nikmat sekali. Aku terasa terbang
melayang layang. Dan hampir bersamaan dari dalam lubang pantatku terasa cairan
hangat, menyemprot dinding usus besarku. Crettt crettt crettt kurasakan semprotan
sperma Stefanus menyembur. "Ooohhhhhh..."rupanya Stefanus juga
ejakulasi akibat kedutan kontraksi lubang anusku tadi.
Ahhh…akhirnya anusku terbobol juga oleh cowok chinese yang memang typeku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar