Senin, 17 Agustus 2015

Pengalaman Pertama



Aku teringat pertama kali bercinta dengan seseorang. Ketika itu, aku masih seorang remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama tepatnya kelas 3 SMP. Dulu, aku adalah seorang yang lugu, hari-hariku hanyalah disibukkan dengan urusan sekolah dan bermain, aku suka olahraga, khususnya voli dan badminton. Badanku biasa saja, layaknya seorang remaja pada umumnya, kulitku bersih dan berambut lurus, wajah pun lumayan tampan.

Meskipun begitu, aku belum pernah berpacaran dengan siapapun. Yang aku tahu hanyalah sekolah, belajar, olahraga, dan bermain dengan teman sebaya. Hingga rasa penasaran mengenai seks pun tiba seperti halnya remaja lain yang selalu ingin tahu urusan orang dewasa. Setiap kali berkumpul dengan teman, pasti ada pembicaraan mengenai seks, pacaran, dsb. Mereka sering menceritakan pengalaman mereka berpacaran atau bahkan nonton film bokep dengan adegan-adegan yang diceritakan secara detail. Pantaslah aku menjadi penasaran, namun selalu tidak ada keberanian untuk menontonnya ketika teman-temanku mengajak untuk nonton film bokep bersama di rumah mereka secara bergiliran ketika keadaan rumah sedang sepi.

Oleh karena rasa penasaran yang semakin meledak-ledak, aku pun bertanya dengan sepupuku sekaligus teman sepermainanku di rumah. Dia mengaku sering menonton film bokep di kaset VCDyang dipinjam dari temannya. Saking penasarannya, sampai aku tidak bosan-bosannya bertanya berbagai adegan vulgar yang telah ia tonton hingga seharian penuh, ketika ia bermain bersama.

Waktu itu tepat malam minggu, sehingga kami punya banyak waktu untuk begadang. Sudah menjadi hal, sepupuku itu sering menginap di rumahku, karena memang rumah kami pun dekat. Karena ketertarikanku dengan cerita-cerita dia, akhirnya ia bersedia menceritakan setiap film yang pernah ia ingat dengan menginap di rumahku. Kami pun bercerita di dalam kamarku hingga larut malam. Mungkin karena begitu dasyatnya rasa penasaran yang tercampur dengan gejolak jiwa, akupun mulai horny, merasakan batang kemaluanku menegang lama, aku juga melihat ia mulai horny dengan gerakan-gerakan tangannya yang sering kali mengusap-usap perkakasnya.

Tiba-tiba di sela-sela ceritanya, ia bilang "andai saja di sini ada perempuan, aku pengen banget ngentot", sambil tiduran dan menonton TV.
Aku pun menjawab dengan seadanya " Ya udah, kalo pengen ngocok aja".
Dengan mengusap-usap perkakasnya yang masih terbungkus celana, ia berkata "Ah... tidak enak kalo cuma ngocok sendiri, gimana kalau kita ngocok bareng?".
Hmmm aku berpikir keras, merasa grogi, canggung karena harus mempertontonkan barang terlarang di depan orang lain yang tidak biasa aku lakukan. Ia terus mendesakku untuk melakukan onani, akhirnya aku putuskan untuk menyetujui idenya karena aku pun merasa sangat horny waktu itu. ia pun segera melepas celana pendeknya, dan betapa terkejutnya aku, ia mempunyai perkakas yang cukup panjang untuk usia kami, perkakasku pun tidak kalah panjang dengan dia, namun memang lebih panjang perkakas dia.
Ia pun mulai memainkan perkakasnya sambil tiduran di sampingku, aku pun juga melakukan hal yang sama.

Oleh karena nafsu yang semakin menjadi-jadi, ia tidak puas hanya melakukan onani, sesekali ia pegang dan mengocok perkakasku, dan tangannya membimbingku untuk mengocok perkakasnya juga. Betapa terkejutnya aku, rasa canggung dan salah tingkah menyelimuti benakku. Belum pernah aku mempunyai pengalaman memegang perkakas orang lain, apalagi melakukan onani bersama. Kami melakukannya sambil bercerita setiap adegan dalam film bokep secara detail, membayangkan betapa asyiknya bercinta. Aku mulai menggeliat keenakan dan ia pun juga merasakan hal yang sama, sesekali aku pejamkan mata menikmati setiap sentuhan tangannya di senjata utamaku.

Tak puas hanya melepas celana, ia mengajakku untuk melepas kaos yang kami kenakan, aku pun menurut hingga kami berdua dalam keadaan telanjang bulat di satu ranjang. Baru aku melepas kaosku kemudian kembali rebahan di kasur, tiba-tiba ia menindihku, menggesek-gesekkan perkakasnya ke perkakasku. Aku tersentak dan berusaha menolak.
Namun ia berkata, "Katanya penasaran banget gimana rasanya bercinta. Kita praktekkan saja, jadi akan tahu rasanya!"
"Hah... gila lu!" jawabku. Namun ia terus menggesekkan perkakasnya dan menindihku tanpa memperdulikan Omonganku, ia menciumi leherku seraya adegan film yang kami fantasikan. Akhirnya aku hanya diam, mengikuti apa maunya.

Selama setengah jam ia menyenggamaiku, kami berpelukan, bergeliat memancing nafsu masing-masing layaknya hubungan seks yang sebenarnya. Tak puas dengan itu, ia beranjak dan menyodorkan perkakasnya ke mulutku. Aku masih bingung apa yang harus aku lakukan, ia pun membimbing tanganku untuk segera mengocok perkakasnya, kemudian ia memintaku untuk mengoral batangnya yang telah mengacung dengan keras.

Aku ragu, namun oleh karena desakannya terus, akhirnya aku memberanikan diri untuk mencium dan mengemutnya. Bau anyir dan rasa yang aneh untuk pertama kali aku rasakan, aku sampai bolak-balik ke kamar mandi karena muntah dengan bau dan kejadian itu. Namun, ia pun terus memaksaku melakukannya, bahkan ia mengikutiku ke kamar mandi untuk memintaku mengemut perkakasnya. Sampai akhirnya aku coba dan coba lagi, kemudian kami kembali ke tempat tidur, aku pun dengan terpaksa disertai rasa penasaran yang besar berusaha untuk mengoralnya. Perkakas yang panjang masuk ke mulutku menyodok-nyodok mengikuti gerakan kocokan tanganku...

Satu jam lamanya aku mengoral dia, ia begitu menikmati setiap sedotan yang aku lakukan, setelah ia mengajariku untuk terus menyedot punyanya. Semakin lama semakin aku rasakan batang kemaluannya mengeras, gerakan pinggulnya menyodok-nyodok mulutku pun semakin dipercepat ritmenya, ia memintaku untuk terus mengoral dan mengocok lebih cepat, selang beberapa waktu, ia sedikit berteriak...

aaaaaaaaahhhhhh! dan croot crot crot... tembakan sperma nya keluar memenuhi mulutku, aku mencoba untuk melepaskan perkakasnya dari dalam mulutku, namun ia menolak dan terus berusaha menekan kepalaku dan menyodokkan perkakasnya lebih dalam ke mulutku... sampai aku mau muntah, setelah menelan sebagian air maninya dan banyak sekali air mani yang keluar dari mulutku karena tidak tertampung. Setelah ia merasa cukup puas, ia membaringkan diri di sampingku melepas lelah setelah dua jam ia mempraktekkan segala penasarannya melakukan hubungan seks.

Aku lari ke kamar mandi, memuntahkan air maninya dan membersihkan diriku dari cairan itu, kemudian aku kembali ke kasur, mengambil celanaku untuk aku pakai, namun ia berusaha mencegah, memegang tanganku, menarikku ke kasur dan rebahan di samping dia,
"Ntar aja berpakaiannya, aku kan juga masih telanjang" jawab dia. aku pun menurutinya. Baru beberapa menit aku rebahan, ia memegang perkakasku yang masih berdiri karena aku belum mencapai klimaks, ia mengocok perkakasku, aku pun membiarkannya dan menikmati servis yang ia lakukan. Ketika aku melihat ke arahnya, perkakasnya sudah berdiri mengacung kembali, ia mengocok perkakasnya sendiri sembari mengocok perkakasku, ia pun menindihku kembali, menciumiku, mengisyaratkan permintaannya untuk yang kedua kalinya, aku pun mengikuti apa pintanya, ia menyodorkan perkakasnya dan aku pun mengoralnya, sampai karena kelelahan, kami berdua duduk dan ia mengocok terus perkakasnya dan perkakasku hingga lahar panas dari dalam perkakasku keluar diikuti dengan teriaknya karena mencapai orgasme yang kedua kalinya.

Setelah kami berdua merasakan kepuasan, kamipun tidur berdua dengan keadaan masih telanjang. Betapa tenagaku dikuras habis oleh sepupuku karena harus meladeninya dua kali dalam semalam.
Ketika bangun pagi-pagi, kami cepat-cepat berpakaian dan seolah-olah tidak ada yang terjadi di antara kami berdua malam itu. Itulah pengalamanku bercinta untuk pertama kalinya, dan hal itu berlanjut dengan dia di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar