Senin, 17 Agustus 2015

Ngocok Perkakas Teman



Perkenalkan namaku Jefri, aku seorang abg, pelajar salah satu SMA negeri di Kota Yogyakarta. Umurku 16 tahun. Perawakanku tinggi 175 cm dengan berat badan 60 cm. Kesimpulannya, aku seorang cowok tinggi, tubuhku standar tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Wajahku lumayan tampan, didukung oleh warna kulitku yang putih bersih, bahkan banyak orang mengatakan bahwa aku seperti warga keturuna cina, padahal orang tuaku orang jawa.
Memang, aku masih mempunyai keturunan darah orang cina, dari ngkong dan nenekku yang memang cina. Meskipun aku dikaruniani fisik yang lumayan, namun tidak membuatku percaya diri, bahkan aku sering merasa rendah diri sehingga pergaulanku pun tidak terlalu luas, hanya memiliki beberapa teman akrab saja.
Aku mempunyai teman-teman kumpul di daerahku, sebut saja ada Andi, Adi, Jack, dan Rony. Kami begitu akrab karena mempunyai kesamaan hoby yakni olahraga. Disamping itu rumah kamipun berdekatan, semula aku tinggal di rumah nenekku satu rw dengan mereka sejak kecil hingga aku mulai beranjak kelas 3 SMP dan orang tuaku membeli rumah yang berjarak 1 km dari rumah nenekku. Sejak saat itulah, kami pindah ke rumah yang baru. Meskipun jarak rumahku dengan rekan-rekanku tidak sedekat dulu, kami masih sering bermain bersama, karena aku lebih sering menghabiskan hariku di rumah nenekku yang notabene tinggal sendirian di rumah tersebut.
Hubungan persahabatan kami sangat akrab, mereka teman masa kecil hingga sampai kami bersekolah. Kami berlima bahkan pernah bersekolah di SD yang sama di kampung halaman kami. Hanya aku saja yang pada akhirnya terpencar ke sekolah lain ketika aku masuk SMP dan SMA karena nilai prestasiku lebih unggul ketimpang keempat temanku yang lain. Kalau empat temanku itu, mereka dari TK sampai dengan SMA tetap satu atap sekolah meskipun kelas mereka pun berbeda-beda. Yang jelas, kegiatan kami sering dilakukan secara bersama-sama.
Suatu malam, tepatnya malam minggu, seperti biasa kami nongkrong bersama, karena kami semua masih pada jOmblo belum berpacaran dengan cewek manapun. Malam minggu kali ini, aku hanya menghabiskan waktu bersama mereka sampai pukul 10 malam. Biasanya, ketika malam minggu, aku selalu tidur di rumah nenekku, namun kali ini aku harus pulang karena kedua orang tuaku sedang ada acara keluarga di luar kota.
"hey... aku cabut dulu ya! dah malam nih...!" kataku akan mengakhiri perjumpaanku dengan teman-teman.
"Ngapain buru-buru pulang? belum juga jam sepuluh! kayak perawan aja lu!" jawab Andi.
"Iya nih, tidak seru ah...! biasanya kan kita sampe larut...!apalagi ntar ada pertandingan bola, AC Milan vs Real Madrid! kita tunggu aja ntar sampe bolanya main!" sahut Rony.
"setuju...!ntar kita nonton bola bareng aja di rumahku, sambil begadang! kita aruhan aja gimana? yang kalah harus traktir kita besok!" tandas Jack.
"he em... biasaja kan kamu tidur di rumah nenekmu kan? ngapain juga balik ke rumah?lagian besok libur...! tambah Adi.
"waduh...waduh...! begini lho, bukanya aku tidak mau begadang, tapi rumahku lagi kosong! tidak ada penghuninya, babe dan mamiku pergi ke luar kota! besok sore paling mereka baru pulang" jawabku seraya mengambil kunci motor dari saku dan beranjak menaikki motorku.
"tunggu-tunggu... gimana kalau kita pindah tongkrongan aja ke rumahnya Jefri? kita nonton bolanya di sana aja! skalian nginep, trus besok paginya kan kita ada acara mo renang bareng?" Andi mengusulkan ke temen-temen yang lain.
"wah...! boleh tuh...! iya bener gitu aja, daripada satu pulang, yang lain ntar juga pada ikut pulang!" jawab temen-temen yang lain.
"gimana Jef?" tanya Adi.
"okelah...! aku sih tidak masalah, ya udah kita cabut sekarang aja yok...! tidak enak ma tetangga rumahku, aku tidak terlalu akrab dengan mereka soalnya!" jawabku sekenanya.
Setelah terjadi kesepakatan, kami pun beranjak mengambil motor masing-masing dan menuju ke rumahku. Aku segera menyiapkan karpet lebar buat kami berlima tidur di ruang keluarga tepat di depan televisi. Makanan dan minuman pun segera aku suguhkan sembari kami ngobrol ke sana ke mari menunggu pertandingan bola malam ini mulai.
Tiba-tiba Jack memberi usul "eh...bolanya ntar main jam 1 ya?wah ini masih jam 11 tuh, bete juga nunggu kelamaan, gimana kalau kita nonton bokep aja?
"Hah....! boleh-boleh tuh...! tapi.... kita tidak punya kasetnya!" jawab Rony.
"Tenang... sebentar!" Jack menjawab sambil berdiri menuju ke motornya yang tengah di parkir di depan rumahku, membuka jok motor dan mengeluarkan bungkusan plastik berwarna hitam dan menunjukkannya kepada kami.

"Nah...! ini dia...!" kata Jack sambil membuka bungkusan itu yang ternyata isinya adalah sejumlah kaset bokep lengkap dengan sampul gambarnya yang hot.

"Cerdas....! memang untuk urusan bokep ria, Jack jagonya!" kata Andy.

Aku masih tidak mengerti, sempat-sempatnya Jack membawa kaset bokep, dan darimana dia dapat semua itu? dasar anak itu, memang ada-ada saja, paling jago tentang yang berbau porno.

Aku pun segera mengunci pagar rumah, pintu depan, serta menutup jendela dan gordinnya agak rencana nonton bokep barena kami tidak diketahui orang lain. Aku siapkan VCD yang ada di bawah TV dan kami pun mulai menonton film. Satu judul film mulai kami putar sembari aku mematikan lampu ruang tengah agar lebih redup. Satu persatu, kami menempatkan diri masing-masing, berselonjor di atas karpet hangat yang telah aku siapkan tadi, tiduran dengan bantal dan guling seadanya, sambil menonton bokep yang sedang diputar.

Nonton bola bareng telah berganti dengan nonton bokep bareng, bahkan seakan kami terbius oleh nuansa erotis yang ditampilkan oleh para aktor dan artis dalam film tersebut. Hingga pukul 1 lewat, kami masih belum bergeming untuk menggantinya dengan chanel TV siaran pertandingan bola.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, lambat laun satu persatu teman-teman mulai mengantuk. Aku melirik ke arah Rony, ia sudah mulai menguap dan siap-siap tidur, sementara si Jack, sang pencetus ide nonton bokep bareng malahan telah tertidur dengan pulasnya. Di sebelah bawahku, dekat kakiku yang aku selonjorkan, ada Andy yang telah melipat kedua tangannya dan mulai memejamkan mata. Singkat waktu, mereka telah tertidur pulas, bahkan mataku rasanya juga sudah mulai mengantuk, sementara VCD masih memutar kaset bokep. Hanya tinggal Adi yang sedang berbaring, memelototi setiap gerakan-gerakan bercinta para pemain film. Nampaknya ia masih sangat betah untuk hal itu.

"Kamu belum ngantuk di?" tanyaku spontan. "Belum Jef, masih pengen nonton nih!" jawabnya singkat.
"ya udah, aku tidur dulu ya, udah ngantuk. Ntar kalau udah selesai dimatiin aja VCD dan tvnya" jawabku seraya menata bantal dan bersiap tidur.
"iya, nyante aja!beres deh!" kata Adi yang beranjak dari pembaringannya, menuju VCD dan mengganti kaset yang telah hampir habis diputar.

Selang beberapa saat, aku terjaga dari tidurku, melihat TV yang masih menyala. Ku tengok Adi masih terjaga dan senantiasa menonton filmnya. Namun ada yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Adi tidak hanya menonton TV, ia juga melakukan gerakan mengelus-elus batang kemaluannya yang terbungkus celana. Sesekali ku lirik lagi, ia masih saja mengelus-elusnya, bahkan terkadang, ia memasukkan tangannya ke celana dalamnya dan melakukan onani di dalam celana.... Gairahku semakin terpancing ketika melihat aksi-aksi seks di film yang tengah diputar bersamaan dengan aksi Adi yang tengah memegang-megang perkakas dalam celananya. Tak tahan aku melihatnya, akhirnya aku mememutuskan untuk

Tak tahan melihatnya, akhirnya aku putuskan untuk mulai memberanikan diri mendekatkan tangan kananku ke arah selangkangannya. Mula-mula di pahanya, aku merayap sampai tinggal sejengkal dari gundukan dalam celana Adi. Aku berhenti sejenak, melirik ke arah Adi yang tidak menunjukkan respon apapun. Aku kembali merayapi selangkangannya hingga yes..... tepat di atas tonjolan itu.
Aku berhasil memegang batangnya sekalipun dari luar celana. Aku menghentikan aksi untuk yang kedua kali, sembari melihat reaksi yang akan dikeluarkan Adi. Hmmm...! setengah ragu-ragu aku akan melanjutkan aksiku, Adi nampak diam saja, terus melihat tontonan bokep yang ada di televisi. Jantungku deg-degan, antara takut namun penasaran untuk melanjutkan aksiku.
Setelah tiada reaksi apapun, aku dengan halus mulai mengelus-elus gundukan itu, merabanya, terkadang menekan-nekannya. Mencoba memancing gairahnya untuk semakin naik hingga aku berharap, Adi tidak akan tahan dan segera memberiku kesempatan untuk memuaskannya. Perasaanku sedikit lega, ketika melihat reaksi Adi nampaknya menikmati elusan jari-jariku di atas perkakasnya yang masih terbungkus. Aku merasakan dengan jelas, perkakasnya berdenyut,semakin kencang ketika ku raba.
"Ach... biarin aja kalau dia akan marah-marah! dan tidak terima apa yang aku lakukan" pikirku dalam hati. Langsung saja aku memberanikan diri untuk membuka resleting celananya perlahan. Dan....!
Tersentak kaget aku melihat reaksi Adi, mempermulus jalanku menuju sasaran, ia melepaskan kancing celana jeans nya, seolah mempersilahkan aku untuk meneruskan kerjaku.
WelcOme...! sambutan yang cool namun mengisyaratkan banyak makna itu, aku sambut dengan kegembiraan, segera aku susupkan tanganku ke dalam celananya. Aku terus meraba-raba senjata satu-satunya milik Adi. Aku rasakan tonjolan yang begitu kelas, disertai dengan sedikit basah pertanda precume yang membekas di celana dalamnya. Semakin lama aksiku semakin lincah, aku semakin tak kuasa menahan birahiku sendiri, sementara Adi merem melek merasakan setiap usapan tanganku.
Segera ku buka celana dalamnya, aku keluarkan batangnya dari sarang yang telah menghimpitnya, dan.... Plup....! wow... begitu elok dipandang. Sebuah batang tegak lurus, dihiasi guratan bekas sunat dengan batangnya menjulur, penuh urat darah yang membuat semakin besar. Aku berusaha terus mengeluarkan perkakasnya, ia pun membantuku dengan memelorotkan sedikit celana dan celana dalamnya, sehingga tampak dengan penuh batang kemaluannya dari pangkal hingga ujung. Rambut-rambut halus hitam keriting menyertai batang perkakasnya. Dengan gagah berani seraya siap bertempur, menembak sasaran di medan laga!....
Aku memainkan benda tumpul itu, mengocoknya ke atas kebawah, Adi kelonjotan tak terkira ketika kemaluannya aku permainkan. Terkadang aku percepat gerakanku hingga Adi mendesah, terkadang pula aku melambat, merelekskan gerakannya, supaya ia mampu menghela nafas, menikmati lembutnya setiap gerakan yang aku buat. Birahiku semakin melonjak, melihat perkakas yang terus menegang di depan mataku, mendengarkan setiap desahan kenikmatan yang Adi keluarkan. Aku mulai mendekatkan tubuhku, tepatnya mendekatkan mukaku ke perkakasnya. Tercium dengan jelas di hidungku, bau khas lelaki, kejantanan yang tiada tara. Aku mulai menjilati pucuk batangnya, menikmati precume yang terasa asin dan bau anyir. dan sluuuuuup.... tenggelam sudah perkakas Adi dalam mulutku. Ku mainkan mulutku untuk mengocoknya, sesekali menyedotnya, memberi sensasi tersendiri di setiap kenikmatan Adi. Terkadang aku menjilati batangnya hingga ke buah pelirnya.
"oooooooooh..... aaaaaaaaah!" desah Adi tak mampu memejamkan maupun membuka matanya. Bahkan terkadan ia dengan sengaja membelai kepalaku, memegangnya lalu menekannya ke arah dimana perkakasnya dapat masuk lebih dalam ke mulutku. Seakan tenggorokanku penuh, segera aku melakukan gaya tolak, supaya aku tidak muntak dibuatnya.
Aku terus melakukan oral sex untuk senjata Adi, tanpa mempedulikan di sisiku ada teman-temanku yang sedang tertidur. Tanpa peduli apa yang harus aku lakukan jika mereka terjaga dari tidurnya dan mengetahui apa yang aku lakukan dengan Adi. Nampaknya Adi pun sama sekali tidak mempedulikan, atau bahkan khawatir dengan hal itu. "Oh yes.....! hmmmmmm!" desahan Adi terus menikmati sedotan demi sedotan mulutku. Hingga... setelah sekian lama, ia semakin menekan-nekan kepalaku untuk terus menyedot dan memasukkan batangnya lebih dalam dan.... crooooooooot..... crooooooooooooot.... croooooooooooot tembakan bertubi-tubi kurasakan dalam kerongkonganku, disertai dengan lelehan cairan putih yang memenuhi mulutku dan hampir membuatku tersedak. Adi tak mempedulikan itu, ia terus saja menyodok mulutku, dengan tanpa sengaja pun, sebagian maninya tertelan olehku, sebagian lagi keluar dari sela-sela mulutku. "Oooooooooooooh!!!" lengkuhnya sambil melepaskan tekanan tangannya di kepalaku, dan tidur tergeletak melepas lelah.
Aku pun segera menuntaskan pekerjaanku, mengusap sisa-sisa sperma yang masih menempel di perkakasnya, kemudian membersihkan diri di kamar mandi. Selang kemudian, aku kembali ke ruang tengah, nampak Adi telah berbenah diri dan segera gantian menuju ke kamar mandi. Aku kembali rebahan di atas karpet itu, beberapa saat kemudian Adi muncul dari balik kamar mandi, segera ambil posisi tidur di sebelahku dan hanya berucap "Thanks ya!" langsung kami tidur.
Pagi harinya, kami pun bangun. Sudah nampak ramai sekali suara teman-teman yang tengah ngobrol sambil minum kopi hangat yang entah kapan mereka buat! aku melihat Adi pun juga sudah duduk sambil menonton TV, ketika aku bangun dan melihatnya, seolah-olah ia cuek terhadap apa yang telah terjadi semalam. Pagi itu pun, sesuai dengan rencana, kami pun bersiap-siap dan berangkat menuju kolam renang bersama. Kami berenang dan bermain bersama, Adi pun bercanda dengan aku dan teman-teman seperti biasa, tidak pernah membahas kejadian yang begitu nikmat malam tadi. Namun, ada yang sedikit berbeda, ketika kami bermain di kolam renang yang terhitung ramai, karena hari minggu banyak pengunjungnya, ia sering mendekat ke arahku, entah sengaja atau pun tidak, ia sering menggesekkan perkakasnya ke bokongku ketika aku berbalik arah, dan itu tidak terjadi sekali, namun hampir sepanjang hari itu hingga kami selesai berenang, hal itu terus dilakukan Adi. Hemmm nampanya ia sangat ketagihan dengan servisku semalam... "sabar ya di!" batinku

Di dalam kolam renang itu, kegilaan Adi semakin meningkat. Ia terus mendekatiku kemanapun aku berenang. Dan setiap kami berdekatan, ia terus melakukan hal yang sama, menempelkan gundungan dalam celananya ke daerah bokongku, terkadang di dekat pinggulku.
Namun, ia begitu lincah melakukannya, seakan setiap kejadian dibuat tanpa ada unsur kesengajaan. Mungkin karena kondisi kolam yang cukup ramai, jadi tidak ada yang memperhatikan kelakuannya. Jujur saja, birahiku semakin terpancing dibuatnya, aku terus membayangkan sebuah batang kemaluan yang sedap dipandang dan sedap disedot, tegak lurus menjulang ke langit, perkasa dan begitu jantan dimiliki oleh teman karibku, Adi.
Sementara itu, Andi dan rekan-rekan yang lain tengah sibuk bermain air, bola yang sudah dipersiapkan dari rumahku, kini dibuat mainan kami. Setelah sekian lama kami berenang di kolam, aku berniat mengakhirinya terlebih dahulu.
"oi... aku udahan dulu ya.... mo ke kamar mandi!" teriakku pada teman-teman yang tengah asyk main bola di kolam. Badanku terasa capek sehabis mainan air berjam-jam lamanya, aku melangkahkan kakiku ke kamar mandi sambil membawa tas dan handuk berisi pakaian ganti. Uh.... untungnya kamar mandi di area cowok sedang sepi, jadi tidak perlu mengantri, aku langsung masuk aja ke kamar mandi sebelah pojok. Segera aku nyalakan kran air, mencopot celana renang dan celana dalamku dan membasuhnya dengan air bersih. Aku melihat perkakasku sudah tegang sejak tadi, gara-gara terpancing oleh aksi yang dilakukan Adi. Setiap mengingat kejadian semalam dan baru saja yang ia lakukan, aku merasa bergairah untuk melampiaskan nasfuku. Akhirnya, aku putuskan untuk melampiaskannya di dalam kamar mandi. Aku ambil sabun yang telah ku persiapkan dari rumah, ku lumurkan ke bagian terlarangku, dengan tangan kananku, aku mulai membangkitkan gairahku, mengocok penis yang telah tegang sejak tadi dan membayangkan betapa nikmatnya bercinta.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh ketokan pintu kamar mandi dari luar, "siapa?" tanyaku...
"Aku... cepet bukain pintu!" kata seseorang di balik pintu, dan nampaknya suaranya begitu familiar di telingaku. Aku pun bergegas membukakan pintu kamar mandi sedikut, mengintip dari celah pintu karena aku masih telanjang bulat. Huft.... mengganggu saja!" gumamku dalam hati sambil membuka pintu.

Tersentak aku melihatnya, sesosok tubuh atletis ada di depan pintu kamar mandi yang aku gunakan, badan bersih dengan mengenakan celana seksi khas untuk perenang cowok. Ku lihat dari ujung kakinya hingga ke atas dan....! hah Adi....!"

Tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, ia langsung menerobos pintu yang aku buka sedikit, kemudian menguncinya, segera ia memelorotkan celana renangnya, dan perkakasnya yang perkasa itu kini terbebas dari sarang. Ia mulai mendekapku, menggesek-gesekkan perkakasnya ke tubuhku, dibaliknya cepat tubuhku hingga ia berhadapan dengan punggungku, dicepitkan perkakasnya ke sela bokongko, dan menggesekkan ke atas bawah sambil memegang pinggangku. "Oh....!" nikmat...!" kata pertama yang keluar dari mulut Adi setelah kami berdua berada di dalam satu kamar mandi.

Gemericik air membuyarkan desahan Adi yang semakin meronta keenakan. Terkadang aku takut ada yang akan mendengarnya di luar dan mencurigai kami tengah melakukan hubungan intim. Adi tetap mendesah-desah dan terus menggesekkan perkakasnya.... Sekarang ia mulai berani memegang perkakasku yang juga tengah berdiri keras...! mengocoknya dengan tangan kanannya, sambil meraba-raba perut dan dadaku dengan tangan kirinya. Hingga sampai ia meremas-remas dan sesekali mencubit puting susuku. Oh.....! yes.....!

Kami terus melampiaskan birahi kami. Adi tetap tidak mengubah posisinya setelah 15 menit berlalu. goyangannya meskipun tidak nge-fuck, tetap yahud dan begitu membakar gelora nafsuku. Ia semakin mempercepat gerakannya, ketika suara ramai terdengar dari balik kamar mandi. Nampaknya ada orang masuk ke area kamar mandi cowok...! ah... itu mungkin Andi dan teman-teman yang lain... pikirku dalam hati.

Adi nampaknya juga memiliki kecurigaan sama denganku. Ia terus mempercepat gerakan gesekan mautnya di sela bokongku. Tiba-tiba ia membalikkan tubuhku dan menekan pundakku seraya memberiku isyarat untuk segera jongkok. Tanpa rasa malu, aku langsung mengerti apa maunya, aku jongkok di depan perkakasnya, mengulumnya dan mengocoknya dengan cepat, menanti hasil kenikmatan yang sesaat akan aku terima.

"oooooooh!aaaaaaaah!!!!!!!!!!!!! crooooooooooooot.... croooooooooooot crooooooooooot crooooooooooooot! keluarlah air maninya di bibirku, mengenai mukaku dan sebagian meleleh di dadaku.....
"argh......! hmmmmmmmmmm!" erangnya ketika mencapai punca kenikmatan. Ia berdiri sambil menegakkan kepala, memejamkan mata, menikmati puncak klimaks yang baru ia rasakan. Aku segera mengerti apa yang harus ku tuntaskan, segera aku menjulurkan lidahku, menjilati setiap tetesan sperma yang masih tersisa, dan beberapa kali mengulumnya untuk memberi paket finishing yang ia harapkan.

Aku pun segera mengambil gayung untuk membilas tubuhnya dan tubuhku, namun secepat kilat, Adi mendekatiku, mengocok perkakasku sambil berdiri..... Dengan cepat dan karena aku sudah birahi sejak tadi... achhhhhhhhhh!!!! cairan kenikmatanku keluar juga.... croooooooot..... crooooooooooot mengenai dinding kamar mandi, berceceran di lantai, dan sebagian mengenai tangan kanan Adi.
"Achhhhhhhhh..... lengkuhku panjang sambil memeluk Adi yang tengah berdiri.
"Thanks ya!" kataku mengucapkan terima kasih buat Adi, rekan dan mitra seks ku sejak malam itu, di kolam renang, hingga kini.

2 komentar:

  1. kadang..aku masih melakukan nya dengan ponakanku yang bottom gay..Hanya saja body kecil dan biasa.serta imut wajahnya..serta mampu memuaskan peniku yang lumayan..serta sering sekali ponakan ku minta lagi dan lagi..salam kenal buat penulis artikel nya. .suka dan mantap..
    0815 7082 0147

    Bagi yang ingin kenal dengan aku.
    odil

    BalasHapus
  2. Budi Purnomo♬085642029995♬&♬085877006668♬@.
    1) Umur 10 – 12(SD),12 – 15(SMP)&15 – 18(SMA).
    2) Khusus Anak2 Komunitas Sekolah Gay’s.
    3) Khusus Cowox Brondong.
    4) Berat badan 30 – 50 kg.
    5) Tubuhnya yang sixpack&berotot banget.
    6) Kontol yang berotot&berurat banget.
    7) Nikah.
    8) Khusus Lanang Junior.
    9) Kawin Kontol.
    10) Diajak Senggam Kontol(Kentu Kontol).
    11) Khusus pencinta Homo’s(Gay’s).
    12) Buka 24 Jam Nonstop.

    BalasHapus